Kamis, 31 Desember 2036
Abel, Kanaya, dan Alca bermain game bersama-sama di ruang tengah. Jarak umur mereka tidak terpaut jauh sehingga mudah akrab meskipun jarang bertemu. Alca adalah yang tertua diantara ketiganya, umurnya 11 tahun, hampir setahun lebih tua daripada Abel. Rambutnya panjang, hampir sama cantiknya dengan Kanaya. Hanya saja Alca lebih banyak bicara dari Kanaya.
"Alca sama Kanaya, pilih mana Bel?" tanya Leo yang baru saja datang bareng Arsen. Keduanya datang sendiri tanpa mengajak istrinya masing-masing. Alasannya, istri Leo sedang hamil anak pertamanya sedangkan istri Arsen sedang berada di ibukota baru karena pekerjaannya.
Abel mengalihkan atensinya dari benda pipih di tangannya, ia menoleh ke arah superstar Leonardo Zhong, playmaker Eagle, tim basket dari Surabaya.
Bola mata Abel kemudian tertuju pada dua anak perempuan di samping kanan kirinya, lalu ia menjawab dengan mengedikkan bahunya, "Kalo bisa dua-duanya kenapa harus milih satu Om?"
Jawaban itu tentu membuat orang-orang dewasa disekitarnya tergelak, "Aduuuuh Abel, beneran anak papa ini" timpal Reino.
"Yang penting jangan kaya Om Reino ya sayang" ujar Bagas yang mendudukan dirinya di sofa setelah mengelus lembut rambut Abel.
Jena keluar kamar Zeva dengan menggendong anak perempuan yang terlihat baru saja terbangun dari tidurnya.
"Zevaaaaaaa, aunty sama om-om ini ngganggu kamu ya nak? sini-sini digendong aunty" Audi menyambut gemas anak tiga tahun itu.
Reina sedang bolak balik dapur ke halaman belakang untuk menyiapkan alat-alat barbeque. Langkahnya terhenti saat ia melihat fotonya jaman SMA bersama vokalis Sheila on 7, "fotoin foto ini dong Cen, mau gue upload biar dunia tau kalo gue pernah foto sama Om Duta" ujarnya pada Arsen sambil nunjuk foto itu pake capitan daging.
Arsen yang sedang menenteng tas belanja lalu mengeluarkan ponselnya. Ckrek!
***
Jena
Hari kedua classmeeting, Desember 2012
Pagi ini gue siap-siap lebih awal karena ada briefing sama anak jurnalis. Gue udah janjian berangkat bareng Kama karena nanti malem kita bakal pergi ke rumah bunda. Iya, bunda Bagas sama Brian maksudnya, gue juga udah terbiasa manggil bunda hehe.
Tadi pagi gue udah gorengin sebungkus nugget rasa pizza bentuk hewan-hewan buat sarapan kita bertiga.
"Bagas mana" tanya gue ke Kama yang masih ngemilin nugget tanpa nasi.
Gue ketok kamar Bagas, nggak ada jawaban.
"udah siap belom?"
Masih nggak ada jawaban. Gue pun buka pintunya perlahan dan liat Bagas tiduran di ranjangnya dengan seragam lengkap.
"Kok malah tidur lagi sih, kita ada brief-" perkataan gue terpotong pas denger ada suara erangan dari Bagas yang tiduran sambil meluk gulingnya.
"Gas?"
Gue pegang dahinya, "Kok panas banget si? kamu demam nih"
"Ke dokter aja yuk"
"Eeennggghhh... nggak usah" jawabnya tertatih, ia pun mendudukan dirinya di pinggiran ranjang.
"Kamu mending gausah berangkat sekolah dulu deh, nanti yang moto biar di handle yang lain" kata gue yang udah berdiri lagi bersandar kusen pintu kamar.
Bagas beranjak dari ranjangnya perlahan dan mendorong pelan bahu gue sampai ke meja makan, "kalo udah sarapan kayanya aman sih"
KAMU SEDANG MEMBACA
House Mates
FanfictionReuni tahun 2036 membawa Jena memutar kembali memori-memori masa mudanya. Membawamu menebak kepada siapakah yang pada akhirnya Jena percaya untuk mengobati luka masa lalunya dan berjanji untuk 'seumur hidup'?