25. Plan

145 20 11
                                    

"Sialan lu ye, awas aje ampe lu demen!" Bilal masih terus berdebat dengan Reino setelah seminggu ini Reino duduk sebelahan sama gebetannya Bilal, Asyila, siswi kelas 10-1. Selama UAS berlangsung, Reino ada di ruang 15 bersama Krisna sedangkan Bilal, Bagas, dan Elang di ruang 14.

Hal tersebut membuat Reino tak henti-hentinya meledek Bilal. Seperti menggoda Asyila tiap mereka keluar ruangan berdua saat ada Bilal di luar. Sampai pamer obrolan keduanya sebelum guru mulai membagikan soal dan lembar jawab.

"Lo mending cari yang lain Bil, kasian Asyila kalo dapetnya elo. Anak polos dia"

"Ngaca tolol!"

"Senyum Asyila manis banget kalo diliat dari deket, solehah lagi. Mana mau dia sama lo yang jum'atannya di Mpok Semi" Reino menipiskan bibirnya dan memasang muka menyebalkan.

Semua yang ada di ruangan itu tertawa.

Bilal bangkit dari sofa lalu nunjuk-nunjuk di depan muka Reino, "Gua begitu karena bisikan setan, dan elu setannye bangsat"

"muncrat jancooook!" seru Leo disambut tawa yang kian mengudara.

Tuk tuk tuk

Jena mengetuk meja untuk mendapat atensi orang-orang yang kini memenuhi ruang tamu rumahnya.

"Oke, sekarang serius ya, yang ribut atau bercanda mulu ntar gue blacklist" ujar Jena tegas.

Sudah hampir dua jam mereka masih belum menyelesaikan agenda rapat liburan sekolah ini. Dari tadi isinya cuma bercanda, perdebatan Bilal sama Reino, nggosip adik kelas, dan obrolan tidak penting lainnya.

Lusa mereka berangkat ke Jogja untuk liburan sebelum menyambut tahun terakhir di SMA. Jadi, atas usul Jena, hari ini mereka berkumpul untuk merencanakan kegiatan selama tiga hari di kota pelajar itu.

"Ada tempat yang pengen kalian kunjungi nggak?" tanya Jena.

"Gue penasaran sama Pantai Parangtritis" ujar Reino.

"Oke, noted" Jena menulis usulan Reino di white board kecil yang ia ambil dari kamar Brian.

"Lo mau daftar jadi tumbal nyi roro kidul?" celetuk Bagas.

Reino menghentikan kunyahan kacangnya setelah mendengar celetukan Bagas, "Iya, mau daftarin elo!" lalu lanjut ngunyah lagi.

"Lava tour lagi rame katanya, bisa tour pake jeep gitu" ujar Arsen yang lagi scrolling website tempat wisata rekomendasi Jogja.

"Daerah mana tuh, Cen?" tanya Jena.

"Wooolaaaa awakmu lak wong Sleman, mosok ogak reti kui ndek ngendi? aku sik wong wetan wae reti. Babi reti ra, bi?" protes Leo.

Bagas menggeleng.

Jena terkekeh, "Yeeee, baru kan, Cen, tempatnya? mana aku tau?"

"Kaliurang bukan si? yang nanti ke rumahnya Mbah Maridjan itu?" tanya Elang.

Leo mengangguk.

"Merapi? boleh si, tapi nggak bisa dalam satu hari ya karena arahnya satunya di bagian Jogja utara, satunya di selatan Jogja"

"Malioboro dong, gue pengen kesana malem-malem" ujar Reina.

"Nggak! mau ngapain si ke Malioboro? Rame banget apalagi musim liburan gini. Skip!" Bagas masih keinget pas dia siang bolong main ke Malioboro sama Jena. Padet banget, momennya sama, pas liburan sekolah. Jadi dia udah bisa bayangin seberapa padetnya malioboro di malam hari.

Reina mendengus sebal ke arah Bagas. Jawaban laki-laki itu terdengar sangat tidak ramah di telinganya.

"Ke alun-alun yang ada pohon beringinnya itu, Jen" usul Reina lagi.

House MatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang