19. Badmood

138 21 6
                                        

Sabtu, 8 Juli 2013

Suara terompet dan sorakan penonton bersautan saat pertandingan final tim putri berakhir. Di tengah selebrasi penonton Pasific atas kemenangan timnya, Marco terdiam di bangkunya, menyoroti satu persatu rekan-rekannya yang memberi selamat ke tim putri. 

Setelah sesi foto bersama usai, Coach Rendy, pelatih basket Pasific datang menghampiri gerombolan tim basket putra di area kursi VIP. 

"Pastikan kita bisa kawin gelar malam ini, fokus!" suaranya yang lantang menyuarakan tekatnya. 

Para pemain putra pun bersiap menuju ruang ganti pemain. Saat Marco hendak beranjak dari duduknya, Coach Rendy menghentikan pergerakannya dengan menahan kedua bahu Marco. 

"Gue percaya sama lo, Marco." lalu ia menepuk pundak Marco sebelum mengikuti pemain yang lain. 

Di luar GOR, siswa-siswi 301 sudah mulai berdatangan. Tim basket putrinya sudah lebih dulu gugur di fantastic four kemarin. Jadi mereka datang dengan penuh harap kepada tim basket putra 301 dan tim cheerleadernya. 

"anjir kaga ade yang mau bantu bawain ape?" ujar Bilal yang ngedumel sambil menggendong drum besar yang membuat tubuhnya yang kecil jadi terlihat lebih kecil. 

Para supporter 301 bersiap di tribun barat dengan dresscode warna oren yang sudah disiapkan sekolah. 

Sebagian orang baru saja datang dan mencari tempat duduk melalui sela kecil yang ada di tribun paling depan. 

"Misi...misi..." tubuh kecil Bilal mencoba melewati orang-orang yang ada di tribun untuk menuju ke posisinya. 

"air panas...air panasss...minggir woi minggir" ujarnya mencoba membuka jalan, drumnya pun sesekali berbunyi akibat terbentur railing tribun atau benda lain disana. 

"Bisa-bisanya lu baru dateng Bil" ujar salah satu siswa kelas 11. 

Pokoknya tribun supporter 301 masih pada berisik, sebagian masih nyari tempat duduk, beberapa bercanda satu sama lain, dan beberapa ribut sama Bilal. Noh terutama yang bagian deket tabuhan drum. Arsen sampe kuwalahan ditengah keributan temen-temennya.

Di kursi VIP, masih ada beberapa yang terisi, salah satunya Jena yang sibuk dengan laptopnya. 

"dukung siapa lo malem ini?" 

Jena mendongak, menatap maskot sekolah dengan kostum burung elang. Ia terkejut saat maskot itu mengangkat sedikit kostum kepalanya, memperlihatkan siapa orang dibalik kostum itu. 

"Loh, jadinya elo Rein?" tanya Jena. Reino menutup kembali kostum kepalanya lalu bergoyang di depan Jena dan melambaikan tangan ke arah supporter 301.

"Gimana? lo pegang siapa malem ini?"

"pegang laptop, ngga liat lo?" jawab Jena.

"kita liat apa yang bakal dilakuin Saddam malem ini" ujar Reino dengan nada serius. 

"maksud lo?"

"Dulu pas SMP Saddam pernah berantem sama Marco di sekolah, masalah POPDA. Gue ngga tau awal permasalahannya, tapi banyak yang bilang Marco nggak terima karena Saddam dapet MVP. Dan gue yakin mereka bukan mau nonton Pasific vs 301" Reino menunjuk ke arah tribun supporter Pasific. 

"mereka nunggu momen Saddam vs Marko lagi" lanjutnya. 

Reino meninggalkan Jena dan kembali beratraksi menggoda maskot Pasific yang menggunakan kostum singa dengan logo sekolah di perutnya. Aksinya itu mengundang tawa dari seluruh penonton. 

Gerakan jari Jena di laptopnya terhenti saat memikirkan kembali ucapan Reino, ia mengaitkannya dengan apa yang dikatakan Marco saat itu. 

Penampilan final kompetisi cheerleader yang dilakukan sebelum pertandingan final basket putra dimenangkan tim SMAN301. Bagas tersenyum bangga ke arah Lia dan mengacungkan jempolnya. Setelah memotret tim 301, Bagas juga berfoto dengan Lia di samping lapangan membuat supporter 301 bersorak menggoda keduanya. 

House MatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang