Reuni tahun 2036 membawa Jena memutar kembali memori-memori masa mudanya. Membawamu menebak kepada siapakah yang pada akhirnya Jena percaya untuk mengobati luka masa lalunya dan berjanji untuk 'seumur hidup'?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semakin siang, penonton semakin ramai. Kelas 12 yang sudah merampungkan kegiatannya pun mulai berdatangan ke aula. Penampilan kelas 10-5 membuat sorakan penonton sampai menembus ke luar ruang yang kedap suara itu. Mereka berhasil membangkitkan semangat siswa siswi yang ada disana setelah rentetan acara yang membosankan sebelumnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.15 WIB saat itu, berselang beberapa penampilan, tibalah sekarang di penampilan drama kelas 10-1. Berbeda dengan 10-5, konsep dan genre yang diusung kelas 10-1 adalah drama musikal remaja.
Lampu ruang yang tadinya menyala terang kini mati total, menyisakan hanya ada seberkas cahaya matahari yang terselip dari celah ruang itu. Alunan musik yang tenang di awal penampilan mampu membuat semua penonton hening. Tiba-tiba tempo musik menjadi jauh lebih cepat diikuti lampu panggung yang berkelip-kelip.
Tirai panggung terbuka perlahan, menampilkan set ruang kelas yang tertata di atas sana. Beberapa siswa sibuk dengan buku dan alat tulisnya, backsound dentingan jam yang sangat cepat membuat semua siswa frustasi membolak balikkan halaman demi halaman buku yang mereka pegang. Tidak ada dialog apapun sampai salah seorang siswa yang berperan sebagai guru masuk membawa tumpukan kertas di tangannya.
"Time's up! close your books!"
Suara dentingan jam berhenti. Guru membagikan kertas ke masing-masing siswanya, kini berganti suara gesekan pensil yang terdengar sebagai backsound. Seluruh pemeran siswa fokus dengan pekerjaannya. Scene selanjutnya menampilkan siswa yang mimisan di tengah pengerjaan tes.
Drama kelas 10-1 ini menggambarkan bagaimana suasana kelas unggulan yang sangat menyesakkan.
Mereka lawan, bukan kawan.
Tidak ada kata santai.
Belajar, belajar, belajar, tipes.
Bagas yang memegang kamera di bawah panggung serasa dejavu dengan suasana kelas itu. Tepat menggambarkan suasana kelas Bagas dan Jena saat SMP dulu. Semua siswa berusaha memenuhi ekspektasi orang tuanya. Pulang sekolah mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk kursus daripada bermain selayaknya remaja usia 12-15 tahun.
Beberapa siswa berakting sedih dan frustasi setelah selesai menyelesaikan ujian, Jena berakting melampiaskan kemarahannya ke siswa lain. Suasana chaos set ruang kelas saat itu perlahan hilang diikuti lampu yang meredup dan lama kelamaan mati. . . .
Backsound suara bola yang memantul di lantai menggema ke seluruh penjuru aula. Saat lampu perlahan dinyalakan, posisi kelas sudah berbeda. Posisi meja dan kursi tidak terlalu saklek, ada beberapa meja yang digabungkan untuk set kegiatan berkelompok.
Tak lama, muncul Leo yang memainkan bola kasti layaknya bola basket di kelas. Siswa yang tadinya sibuk dengan bukunya akhirnya beranjak dan ikut bermain bola di bagian belakang kelas bersama Leo. Beberapa siswi lain tetap dengan bukunya namun belajar secara berkelompok di salah satu sudut kelas. Mereka belajar diselingi mengobrol dan tertawa.