31 Desember 2036
Jena, Reina, dan Audi yang baru saja selesei video call bersama Natasha, Ghea, dan Anya kini saling mengobrol di meja makan.
"Main apa sih Nay?" tanya Audi ke anaknya yang serius banget melihat ke arah iPadnya.
"Monopoli. Wait mom, don't talk to me!" jawab Kanaya.
Audi mendengus sambil menyeruput susu jahe di tangannya. "Cuma maen monopoli aja jadi galak banget"
"Sekarang masih ada yang jualan monopoli kertas nggak sih?" tanya Reina yang lagi ngupas apel buat anak-anak.
"Udah nggak pernah liat sih, padahal dulu seru banget ya ngitung duit-duitan sama jadi petugas Bank gitu" jawab Jena.
Audi masang muka bingungnya, "WAIT, emang ada yang kertas?"
Reina sama Jena sama-sama nengok ke arah Audi.
"Audi, jangan-jangan lo juga nggak tau ya kalo catur jaman dulu itu dari kayu?"
"Really?" tanya Audi.
"Gold spoon approved" Jena sama Reina saling menatap dan tepuk tangan di depan Audi.
"Nurun ke anaknya tuh, IT girl banget" ujar Jena.
Reina ngangguk "Kanaya tuh masuk teenager gini sifatnya plek Audi banget. Untung nggak nurun bapaknya"
"Emang bapaknya gimana sifatnya Rein? annoying ya?" Audi menopang dagu dengan tangan kanannya melihat ke arah Reina dengan menaik turunkan alisnya. Kemudian mereka bertiga terkekeh.
"Kalo bahasannya udah gini, mending gue pamit undur diri." canda Jena dengan kedua tangan menelungkup di depan dada.
Kumpulan bapak-bapak sedang asik nostalgia bermain karambol di taman belakang rumah Jena yang cukup luas. Nggak afdol pokoknya kalo nggak sambil teriak-teriak bercanda ala bapak-bapak.
Umur boleh udah 40 tahunan, tapi kalau udah ngumpul bareng berasa masih pake seragam putih abu-abu semua.
"Nyetel lagu dong Le" ujar Bagas.
"Meh lagu apa?"
"Sheila on 7. Tadi si Reina bahas om Duta jadi pengen denger lagunya lagi." usul Arsen.
"Oiya Om Duta gimana kabarnya?" tanya Reino sambil nyentil biji karambol.
"Hahaha oiya kalian pernah ketemu om Duta ya?" celetuk Bagas.
Saddam menyentil biji karambolnya terlalu keras hingga keluar dari kotakan besar itu dan melambung jauh ke arah tanaman.
"Pelan-pelan SADDD BANGSAAADDDD, bisa-bisa papannya jebol gara-gara otot lo"
"Heh! nang ngarepe anak lambene isih asal njepat. Suuu Asuuu" umpatan Leo di akhir di ucapkan dengan bisik-bisik yang membuat bapak-bapak itu ketawa kenceng banget. Sesekali dimarahin sama ibu-ibu karena takut ganggu tetangga sebelah.
"It's New year eve Baby, its okay" kata Bagas lembut setelah diperingatkan istrinya untuk mengecilkan suaranya.
"Ulululu baby-nya Babi" celetuk Leo yang membuat bapak-bapak disana kembali ketawa inget panggilan Bagas jaman SMA.
"Thanks to Bilal, semua anak 301 manggil gue dengan sebutan itu sampe sekarang"
"masiyo deknen rak biso mbene, tep wae aku rungon-rungon suarane pas muna-muni. Khas puoll" ujar Leo (walaupun dia nggak bisa kesini, tetep aja aku kayak dengar suaranya pas marah-marah. Karna khas banget.
"Telponen" Bagas mengambil ponselnya di meja dan memberikannya ke Leo.
"Assalamu'alaikum Pak ustad!" celetuk Bagas saat wajah Bilal muncul di layar.

KAMU SEDANG MEMBACA
House Mates
Fiksi PenggemarReuni tahun 2036 membawa Jena memutar kembali memori-memori masa mudanya. Membawamu menebak kepada siapakah yang pada akhirnya Jena percaya untuk mengobati luka masa lalunya dan berjanji untuk 'seumur hidup'?