17. Maybe If

152 16 8
                                    

Sabtu, 23 Juni 2013

Suara drum disertai lantunan Chants dari masing-masing sekolah menggema di salah satu area GOR di Jakarta Selatan. Pertandingan sore hari ini cukup seru, SMA Internasional Pasific melawan SMA Negeri 118 Jakarta. Pada kuarter satu, skor kedua sekolah masih saling mengejar hingga pada akhir kuarter tiga Pasific mampu melebarkan gap skor keduanya.

"Bang Marco mainnya ajib banget dah" kata Bagas. Dia yang ditugasin Jena buat motretin pacarnya selama pertandingan aja jadi nggak bisa fokus saking kagumnya sama cara Marco mendribble dan menembak bola.

"No 14 itu cowo lo, Jen?" tanya Reyhan yang baru aja dateng.

Reyhan, Jena, dan Bagas saat ini berdiri di tribun paling atas untuk persiapan meliput pertandingan 301 petang nanti.

"Gue kaya pernah liat dia di sekolah deh" kata Reyhan sambil memicingkan matanya ke arah Marko yang sedang duduk di bangku pemain Pasific.

"Palingan pas lagi jaman modus ntu" celetuk Bagas yang langsung kena timpukan gulungan kertas dari Jena.

"Lo liat dimana?" Jena udah ketar ketir, siapa tau Reyhan liat pas mereka berduaan di belakang jipies. Jangan sampai dong, apalagi akhir-akhir ini mereka berdua emang sering ketemuan disana.

Reyhan mencondongkan badannya ke depan, tangannya kini dibuat untuk menyangga dagu. Ia menceritakan saat pulang sekolah beberapa bulan lalu, pas banget siangnya hujan deres banget. Setelah hujan reda, semua siswa langsung pada bubar, hanya tersisa Reyhan di kelasnya. Pas dia mau pergi, dia liat anak seragam batik Pasific nglewatin kelasnya 10-3 ke arah keas 10-5.

"gue pikir mungkin lagi ada event apa gitu sama abas 301, ternyata lagi modus toh" ujar Reyhan.

"Bangke lo"

Jena mikir lagi, selama ini dia ketemu Marco cuman di gedung Jipies. Selain itu, waktu sparing aja mereka ketemu di lapangan indoor itupun dia pake jersey Pasific.

"bulan apa lo liat dia?"

"ya kaga inget lah, udah lama"

PRIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTT

Bunyi peluit menandakan dimulainya kuarter empat, Marco masih main ternyata. Permainannya rapi banget, jauh lebih baik daripada saat sparing sama 301 dulu. Terlalu dini untuk mengatakan Marco adalah the best playmaker in town, tapi emang faktanya gitu.

Tahun lalu dia dinobatkan sebagai Most Valuable Player setelah kemenangan Pasific dari SMAN301 di musim sebelumnya. Dia juga dapet banyak pujian selama bergabung di Spartans, tim ibukota U-19. Bukan hanya Marco, anggota tim lain di Pasific juga bermain dengan sangat apik. Teknik-teknik yang mereka gunakan pun sudah bukan seperti pemula.

actually, uhm, i never go on higher place, Jena. i told you this cause i don't want you to pull a long face at me.

Jena masih bertanya-tanya maksud dari ucapan Marco itu. Dilihat dari permainannya kali ini, dia dan timnya melakukannya dengan baik. Dia juga membuktikan bahwa ia pemain terbaik di timnya. Jika Pasific masuk sampai Fantastic Four atau bahkan lolos ke Final Party, jelas dia yang akan diambil untuk DBL All Star goes to America. Apa yang membuatnya tidak sepercaya diri itu di musim ini?

Peluit panjang terdengar, tanda permainan sudah berakhir. Skor Pasific memimpin 57-39 dari SMAN118. Marco yang mencari eksistensi Jena kini memutar tubuhnya di tengah lapangan, menelusuri setiap sudut tribun hingga matanya menangkap tiga orang dengan kaos warna orange bertuliskan 301 SQUAD , sangat kontras dengan supporter Pasific yang kompak memakai kaos warna navy.

Marco pun berjalan mendekat ke arah tribun supporter Pasific dan memberikan gestur pada Jena 'kamu turun atau aku yang kesana??'. Tentu saja, siswa populer seperti Marco tidak lepas dari perhatian gadis-gadis sekolahnya. Mereka sontak menoleh ke arah pandang Marco hingga Reyhan, Jena, dan Bagas kikuk sendiri.

House MatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang