Reuni tahun 2036 membawa Jena memutar kembali memori-memori masa mudanya. Membawamu menebak kepada siapakah yang pada akhirnya Jena percaya untuk mengobati luka masa lalunya dan berjanji untuk 'seumur hidup'?
Reina mengitari kamar bertema monokrom yang tidak seluas kamar Reino tapi tetep terkesan rapi. Ada beberapa poster The Beatles dan Rolling Stone yang tertempel di tembok. Di meja juga ada vinylturntable player beserta rak piringan hitam di sebelahnya.
Jena membuka satu per satu pintu lemari Brian, mencari sprei baru untuk mengganti sprei yang terpasang sesuai perintah pemilik kamar.
"kalian bertiga lucu banget si" ujar Reina saat melihat foto Bagas, Brian, dan Jena saat masih kecil.
"Kayanya lo sama Bagas beneran anak kembar Jen" Reina terkekeh gemas memandangi figura kecil di meja belajar Brian. Bukan sekali dua kali gadis ini mengatakan hal yang sama, bahkan jika mereka dari awal mengatakan bahwa mereka anak kembar sepasang, sudah pasti semua orang akan percaya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak nyangka ya? ternyata Kak Brian mau majang foto ginian. Ino mah boro-boro"
Reina menyusuri road map yang tertempel di atas meja belajar, "Visioner banget deh, sampe bisa detail gini. Keren"
"Lo pernah diajak diskusi berat sama Kak Brian belum si Jen? kayanya dia pemikirannya oke banget. Cocok banget si masuk hukum"
"Jen?" merasa tak ada jawaban, Reina menoleh ke arah Jena yang sedang jongkok di depan lemari.
"Jena?" perlu di toel dulu baru sadar.
"Hm? kenapa Rein?"
"Lagi ngapain si lo? gue daritadi ngomong lo gak dengerin? elaaah"
"Gue lagi nyari sprei. Oh ini ketemu, gue ganti spreinya dulu ya"
"Sini gue bantu" ujar Reina, ia mengedikkan bahunya, mencoba menerka-nerka apa yang sedang Jena pikirkan.
.
.
Seperti dugaan, Malioboro sangat padat malam ini. Ada beberapa kelompok musik yang dikelilingi penonton, ada juga yang memilih berjalan kaki menyusuri jalan ikonik Jogja itu untuk menuju ke titik 0KM, ada yang sedang melakukan transaksi jual beli dengan pedagang kaki lima, ada yang asik berfoto, ada yang menikmati kuliner malam.