42. Hello Abel!

201 17 15
                                    


Jakarta, 2 Maret 2043

"SURPRISE!" 

Letupan confetti popper dan terompet kecil mengiringi kejutan yang ditujukan pada remaja puber yang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam Grand Lion Cafe, salah satu kafe di Jakarta Selatan dengan nuansa vintage semi-outdoor. 

Abel dengan wajah datarnya mengamati satu per satu orang yang ada di dalam cafe yang ia datangi. 

PLOPPP

"ooppsie! sawry brawder!" ucap Alca yang terlambat menarik tali popper sehingga potongan kertas kecil itu baru saja terbang dan berjatuhan tepat di atas kepala Abel, semua orang disana pun tertawa melihatnya.

"happy birthday bigboy"

"enjoy your special day, my grandson! i love you so much!"

"edeeeh si bocil udah 17 tahun aja" 

"happy sweet 17! all the best ya" 

Hari ini Abel dihujani berbagai macam ucapan, harapan, dan kejutan dari orang-orang sekitarnya. Puncaknya malam ini, saat Yuna menyiapkan segala sesuatunya untuk merayakan cucu laki-lakinya yang sudah menginjak umur 17 tahun. 

Perempuan paruh baya itu menyewa kafe dengan nuansa yang cocok untuk orang tua dan remaja. Tempatnya nyaman dan juga disini menyediakan makanan favorit Abel. Ia juga mengundang teman-teman masa kecil dan saudara-saudara Abel untuk ikut merayakan hari bahagia cucunya ini- iya semua orang hanya tau sweet seventeen adalah momen bahagia setiap remaja karena banyak hal yang akan mereka dapatkan di hari itu. 

Tapi sepertinya tidak untuk Abel. Beberapa hari sebelumnya, ia banyak termenung menyadari umurnya yang akan menginjak fase yang lebih serius dari sebelumnya. Mungkin hanya Jena yang merasa, semakin dekat dengan hari ulang tahunnya, laki-laki yang sudah bertambah tinggi dan suaranya tambah berat itu malah semakin manja dengan mamanya. Apalagi sejak ia tahu perjuangan mamanya saat melahirkan dia 17 tahun yang lalu. 

Setiap kejutan yang ia dapatkan hari ini- mulai dari papa, mama, dan Zeva yang lebih dulu membangunkan Abel di tengah malam hanya untuk tiup lilin, kejutan awal dari Yuna di rumahnya tadi, dan kejutan malam ini, bukannya membuat Abel terkejut, terharu, dan bahagia, tapi malah membuatnya sedih. 

Kecuali kejutan video call dari Opa-nya yang menunjukkan hadiah motor impian Abel, itu membuatnya ternganga sekejap dan bersorak setelahnya. 

"ah dasar lu, overthinker!" cibir Alca yang menyenggol lengannya karena sejak tadi ia hanya menampakkan senyum terpaksanya. 

"senyum lebar dong biar cakep!" seru Alca, sementara yang disuruh senyum malah memberengut kecut ke arah Alca karena senggolannya membuat Abel hampir menjatuhkan kue di tangannya.

CEKREK! 

Setelah berfoto bersama dan bermain-main sebentar dengan krim kue ulang tahun Abel, mereka— saudara, teman-teman, dan keluarga Abel — menikmati makanan-makanan yang ada di tengah dan sudut-sudut ruang privat lantai dua kafe itu. 

"tuh ada Kanaya, masih inget gak? anaknya Aunty Audy" ujar Alca lagi yang sedari tadi setia menemani Abel hingga kini mereka berdiri di depan meja khusus cupcake. 

Baru saja Abel menoleh ke arah pintu masuk, tubuhnya harus terhuyung karena Alca tiba-tiba menarik kedua lengannya dan bersembunyi di balik tubuh Abel. 

"hah, wait! ada Erba! Erbakan dateng!" Alca heboh saat melihat seorang laki-laki tinggi dengan pakaian casual yang membuatnya terlihat semakin tampan itu masuk dan berjalan ke arah mereka. Sementara Abel melihat Kanaya dan kedua orang tuanya berjalan ke arah para orang tua yang berkumpul di meja panjang di depan sana.

House MatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang