Reuni tahun 2036 membawa Jena memutar kembali memori-memori masa mudanya. Membawamu menebak kepada siapakah yang pada akhirnya Jena percaya untuk mengobati luka masa lalunya dan berjanji untuk 'seumur hidup'?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juli 2012
Jena.
Awali hari pertama sekolahmu dengan berlari. Ya, itu gue. Lari-lari muter lapangan sekolah karena telat di hari pertama masa orientasi siswa.
"TAI EMANG! muka aja tambah ganteng, kelakuan makin bangsul!" gue juga mengawali pagi ini dengan kata-kata makian.
Laki-laki tengik yang udah lari lebih dulu di depan gue tiba-tiba memperpendek langkahnya hingga sekarang lari kecil di samping gue yang udah terengah-rengah setengah mampus.
Ini masih putaran kedua, tapi ini lapangan gede banget kampret! dan gue harus muterin ini empat kali karena telat empat menit tadi.
"kuat nggak? pura-pura pingsan aja" katanya.
"diem"
"yaudah aku duluan ya, inget tips tadi kalo udah nggak kuat"
Dia Bagas Alby Gumelar, panggilannya Bagas. Temen gue dari orok, dia lahir dua hari setelah gue lahir. Kebanyakan orang bilang kita kaya anak kembar karena udah bareng mulu dari bocil sampe sekarang.
Bagas cuma muter dua puteran karena sampe sekolah dua menit lebih awal dari aku, eh gue.
Karena ini Jakarta, harusnya gue-elo kan pakenya? biar nggak udik katanya. Panggilan aku-kamu cuma buat orang spesial, gatau juga sih, gue di Jakarta masih sebulanan.
Di putaran ketiga, kaki gue udah makin lemes dan nyeri dikit karena cedera setahun lalu.
Gue melirik ke arah guru BK yang ada di deket gawang, pingsan aja kali ya?. Gue tengok kanan kiri nyariin Bagas yang udah pergi gitu aja setelah hukumannya selesai.
Bruuuukkk
Gue cuma mau pura-pura pingsan, tapi kenapa ini beneran lemes banget jadinya???
Gue merasa terbang sekarang, tubuh gue terkoyak, gue melek dikit buat ngintip. Tapi karena silau banget, gue merem lagi.
Jangan bilang gue lagi digendong guru BK tadi?bundaaaaaaaa.
"Masih anak baru udah lo apain Rez?" kata cewek tadi.
Suara cowok yang terdengar masih muda itu terdengar jelas di telinga Jena, "Lo pikir gua apaan, dia pingsan dihukum Pak Yusuf. Tapi kayaknya dia nggak beneran pingsan deh?"
"Bangun dek!" kata cowok itu, jelas dia ngomong sama gue karena menoel-noel lengan gue.
Gue buka salah satu mata, tertangkap basah deh.
Gue meringis.
"Hehehe, maaf ya mas, makasih juga udah dibawa kesini. Ak...Gue nggak pura-pura sakit kok, ini kaki gue beneran nyeri dan berkunang-kunang"