16. Fact Check

131 16 3
                                    

Rabu, 2 Juni 2023

Hari ini hujan deres banget sejak pagi, bahkan aliran air di sekolah sudah meluap menyebabkan banjir semata kaki di beberapa titik.

Saat jam pelajaran berakhir, satu per satu mobil jemputan masuk ke halaman sekolah. Bunyi peluit satpam yang mengarahkan kendaraan yang keluar masuk saling bersautan dengan suara derasnya hujan.

Lorong setiap kelas kini ramai dipenuhi siswa siswi yang berdiri menunggu hujan reda. Sebagian siswa memilih menerobos hujan dengan kendaraannya masing-masing, sebagian siswa memilih menunggu di setiap sudut sekolah.

Kali ini di depan kelas 10-5, para siswa laki-laki memanfaatkan lantai basah selasar kelasnya untuk berselancar ala-ala, mengundang protes dari siswi-siswi yang tertabrak atau terkena cipratan air akibat ulah mereka. Tidak menghiraukan keributan itu, Bagas cs malah semakin menjadi saat menemukan tangkai pohon palem yang mereka buat kapal-kapalan. Bagas dan Reino boncengan menaiki tangkai itu, lalu ujungnya di tarik Saddam dari batas kelas 10-3 sampai ujung 10-5.

"Anjing lo pada! balik sono ke TK"

"Dasar Babi Bangsad!!"

"Rein! celana dalem lo keliatan hahahahhaa"

Reino yang kedua tangannya pegangan ke bahu Bagas menoleh dan benerin celananya.

Bilal dan siswa lain masih mlosotin badannya ke lantai, sesekali sengaja nambahin air hujan ke lantai itu biar makin licin.

Beda dengan keramaian di lorong lantai satu, lorong kelas 10-1 dan 10-2 yang ada di lantai dua terlihat lebih tenang.

Reina, Jena, Leo, dan Arsen berkumpul di meja paling belakang. Iphone 5 warna hitam milik Leo tergeletak di meja yang digunakan untuk menyetel lagu.

"Right from the start, you were a thief, you stole my heart~" Reina tiba-tiba menunjukkan suara emasnya saat lagu milik P!nk yang berjudul Just Give Me a Reason terdengar.

Salah satu lagu hits di tahun ini.

"Anzzaaaayyyyy" ujar Arsen yang selalu takjub dengan suara temannya.

"Lanjut Rein, lanjuuuutttt" kali ini Jena mencondongkan tubuhnya, siap untuk menikmati konser gratis dari teman sebangkunya. Jarang-jarang si Reina effort nyanyi pake angelic voicenya di kelas. Biasanya cuma kepake di ruang musik atau di panggung aja. Kalo di kelas dia cuma nunjukin suara ala bocilnya aja. Udah kaya dua orang yang berbeda.

"lo tau lagu ini kan Le" tanya Reina yang buru-buru jalan ke pojok belakang kelas, mengambil gitarnya dan kembali duduk lagi.

"Kalian harus tau suara Leo" ujar Reina.

"Oposi, moh moh" (Apasih, enggak mau)

Reina mulai memetik gitarnya mengikuti alunan lagu dari ponsel Leo.

"We're not broken, just bent, and we can learn to love again. LET'S GO LEONARDO!"

Leo pun berdiri, lalu mengangkat satu kakinya yang disenderkan di kursi sedang tangannya menyugar rambut ke belakang. Ia menggenggam buku tulisnya yang sudah ia gulung dan dijadikan sebagai mic.

"I'm sorry I don't understand, where all of this is coming from, i thought that we were fine~"

Jena dan Arsen sontak saling menatap, memasang wajah 'awkey, his voice is good'

Mereka menikmati duet dadakan antara Reina dan Leo yang sesekali diselingi tawa karena Leo yang salah lirik. Namun mereka sukses mendapat atensi tiga siswa lainnya yang juga masih tinggal di kelas.

Mereka memandang ke arah jendela kelas, awan pekat di langit menunjukkan hujan masih betah membasahi bumi. Sesekali mengecek ponselnya, memastikan dua supir di lantai satu masih betah juga di sekolah. Belum ada tanda-tanda mau ngajakin pulang.

House MatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang