OO | Cupcakes

226 11 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |






###









Sejauh aku hidup selama 22 tahun, jujur hari ini jadi hari yang paling mendebarkan untukku. Jantungku lagi-lagi tidak bisa kukendalikan. Namun ini jauh lebih parah dari saat aku wisuda dan wawancara kerja.

Hidup dan masa depanku bergantung pada konsultasi yang akan kujalani saat ini.

Pada awalnya aku mengira ini hanya konsultasi biasa, memeriksakan kesehatanku setelah mengalami gejala asam lambung selama beberapa hari belakangan. Aku juga mengatakan yang kualami dengan sejujur-jujurnya pada dokter wanita di hadapanku. Namun entah ada apa dengan dokter itu yang justru meminta urinku di akhir pemeriksaan.

"Saya periksa beberapa kemungkinan, termasuk peluang kamu sedang hamil."

Begitu katanya, yang membuatku termenung lama di dalam kamar mandi.

..., termasuk peluang kamu sedang hamil.

Kata-kata itu terus berputar tanpa henti di kepalaku. Apa aku benar sedang hamil? Anak...nya? Aku tidak ingin menerima jika itu benar, tapi yang kulakukan justru sebaliknya. Aku duduk menunggu setelah menyerahkan urinku. Walau butuh waktu hampir 15 menit untuk memutuskan, sampai aku berakhir mengambil langkah berani ini.

Jangan tanyakan bagaimana debaran jantungku, aku sangat gugup sampai merasa sedikit sesak napas. Tapi aku harus berani. Demi membuat semuanya jelas, aku harus melewati ini.

Beberapa menit, ruangan ini disekap kesunyian. Aku menundukkan kepala dalam-dalam, tak mampu melihat pekerjaan sang dokter.

"Kamu positif hamil."

Kepalaku terangkat detik itu juga, kupandangi wajah dokter itu, mencari kebohongan namun nihil. Wajahnya serius. Dia bahkan mendorong testpacknya ke hadapanku.

Dan melihat dua garis itu, bahuku lemas seketika. Tanganku tiba-tiba tremor saat hendak mengambil testpack yang tersimpan di depanku. Memeriksa lebih dekat agar aku tidak salah lihat. Tapi memang benar garisnya ada dua, yang artinya dokter itu tidak berbohong soal kehamilanku.

Aku harus bagaimana? Bagaimana dengan masa depanku? Pekerjaanku? Keluargaku? Pacarku? Bagaimana caranya memberitahu mereka?

"Saya harus gimana, dok? Saya nggak mau kayak gini," tanyaku putus asa. Iya, aku sudah di titik tak bisa memikirkan apa-apa selain meminta bantuan wanita di hadapanku.

"Maaf bertanya ini, apa kamu belum menikah?"

"Belum."

"Sejauh ini, berapa banyak laki-laki yang kamu punya?"

"Satu."

"Baguslah, berarti kamu tahu siapa ayahnya. Saran saya, kamu beritahukan kehamilanmu ke dia."

Bagaimana kalau kasusnya anak ini bukan anak dari pacarku?

"Sejujurnya bukan tempat saya untuk mengatakan ini, tapi saya harap kamu nggak bertindak bodoh yang bisa membuat kamu menyesal di kemudian hari. Untuk beberapa pasangan, kehamilan adalah momen yang sangat dinantikan. Mungkin, situasi kamu terlihat salah, tapi jika kamu melihat dengan sudut pandang lain, kamu akan tau kenapa dia hadir secepat ini."

"..."

"Saya rujuk kamu ke dokter kandungan untuk konsultasikan lebih lanjut."







###

hiii! cupcakes hadir dengan sudut pandang baru! diambil dari pov tari, karena ada beberapa alasan yang mendukung. maaf udah ngilang selama seminggu ini, sekarang cupcakes akan mulai aku garap. thank you.

| 23byeolbamm|

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang