41 | Cupcakes [end bag. 1]

68 6 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |








###









Jika menilik ke belakang, kurasa Agam selalu ada di saat-saat tersulitku. Peran adik kakak seperti terbalik karena dia yang lebih sering membantuku. Entah mungkin nalurinya sebagai laki-laki menyala secara otomatis. Bahkan selama kehamilan ini, Agam juga yang lebih peduli jika dibandingkan Mama atau Papa.

Hari ini pun sama, kembali Agam membantuku dengan sukarela. Membawaku ke rumah sakit setelah mengaku air ketubanku pecah.

Rasanya ... jadi beginikah saat-saat akan melahirkan?

Jangan kira semuanya mudah. Jika aku harus jujur, rasanya sakit sekali. Selama perjalanan, aku merintih beberapa kali karena sakitnya terasa lebih intens dengan durasi yang cukup lama. Di tengah kecemasan itu Agam tiba-tiba menyerahkan satu tangannya kepadaku, mataku yang menyipit karena menahan sakit hanya menatapnya kebingungan.

"Pegang gue aja, jangan ditekan gitu perutnya ...."

Lalu dia akan menyetir dengan satu tangan, begitu?

Kepalaku menggeleng tanpa pikir panjang, menolaknya karena tahu itu sangat berbahaya. Setelah menarik napas, aku menguraikan kepalan tanganku, kini memendam sakitnya tanpa bisa disalurkan.

Entah waktu yang berjalan cepat atau aku yang tidak terlalu memperhatikan sekitar, tahu-tahu aku sudah berada di ruang bersalin bersama empat suster yang mengelilingiku. Di mana Agam? Kenapa aku sendirian?

"A...gam ...."

Sungguh aku ketakutan jika sendirian begini. Meski ada dokter Lee yang sudah aku kenal, tapi tetap saja. Siapapun, Agam, Mama, atau Papa tolong temani aku. Kenapa kalian tidak ada?

"Panggilkan suaminya."

Ingin sekali aku mengoreksi jika Agam bukanlah suamiku, tapi rasa sakit di bagian pinggang membuatku tak mampu berpikir banyak, untuk merangkai kata saja susah. Perumpamaan tubuh seperti dibelah dua benar adanya, pinggangku serasa remuk.

"Seven centimeters dilated!"

Bersamaan dengan itu, seorang suster kembali datang bersama seseorang. Orang yang awalnya kukira Agam namun ternyata bukan.

Selama dua detik semua sakit pada tubuhku hilang begitu saja, ganti terkejut sebab menemukan kehadiran Park Ji-young di sana. Tampak pucat dengan atasan cardigan abu-abu.

"Berdiri di sampingnya."

Langkahnya pun, terlihat ringkih. Tangan kami sama-sama dingin ketika bersentuhan, tapi entah kenapa itu sangat menenangkan. Sakitku berkurang banyak.

"Ten centimeters dilated!"

It's time to push ....

Dulu, pernah sekali aku membayangkan bagaimana rasanya melahirkan ditemani Park Ji-young. Semuanya memang tidak mudah, tapi setidaknya kehadirannya bisa memberiku dukungan. Namun melihat kerenggangan kami saat ini, perlahan aku menghapus angan itu. Bersama salah satu anggota keluargaku sepertinya tidak terlalu buruk.

Namun kini, dia bersamaku. Aku tidak terlalu peduli dengan bagaimana dia bisa tahu, atau siapa yang memberinya izin masuk. Tapi mengetahui dia bersedia menemaniku, rasa sakitku berkurang banyak. Aku yang semula pasrah seketika mendapat semangat untuk berjuang. Memperjuangkan hidupku dan cupcakes.

"Sebentar lagi, sebentar lagi..." Dia membisikkan kata itu berkali-kali. Sebentar lagi, yang artinya dia memintaku bertahan hingga semua ini selesai.

Baiklah.

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang