| happy reading |
| don't forget to give your best support |###
Keputusanku tidak bisa dibenarkan. Aku tahu itu. Makanya aku tidak protes saat Han Seungri sedikit menjauhiku.
Aku bilang sedikit karena kami tetap berinteraksi seperti biasa jika di depan keluarga. Namun saat berdua, dia lebih banyak mendiamkanku, bahkan memilih pergi tidur lebih dulu ketimbang menungguku yang sedang di kamar mandi.
Itu kejadian tadi malam, tepat satu hari setelah Natal. Pagi ini, lagi-lagi aku tidak menemukan dia di sampingku saat aku bangun. Padahal ini baru jam 6, setahuku sebelumnya dia selalu berangkat antara jam setengah tujuh sampai jam 7.
Wah, ternyata kemarahannya bukan sesuatu yang bisa diabaikan.
Sejujurnya, aku bangun lebih pagi juga karena ada yang ingin ku bicarakan dengannya sebelum dia pergi bekerja, karena semalam dia sudah tidur duluan.
Aku sudah menghubunginya sebanyak dua kali, tapi sebanyak itu juga panggilanku tak digubris. Mungkin dia sibuk, jadi satu-satunya cara adalah memberitahunya lewat pesan.
Tari: aku izin mengambil beberapa barang di apartemenmu, aku pakai bus.
***
Barang yang kuincar itu sebenarnya tidak penting-penting amat, tapi aku memerlukannya untuk mendapatkan maaf dari Han Seungri.
Ya, buku hariannya yang entah apa alasannya bisa menjadi benda kesayangan. Buku yang aku hadiahkan saat ulang tahunnya. Itu tertinggal di sini karena kami pergi terlalu tergesa-gesa kemarin.
Aku mengambilnya di dalam laci paling atas, sudah hapal di sanalah tempatnya. Namun bukannya langsung pergi, aku justru tergerak ingin melihat isinya karena kurasa bukunya sedikit lebih tebal.
Dan benar saja, aku membuka halaman secara random yang langsung menunjukkan dua halaman penuh sticky notes warna-warni dengan catatan banyak hal. Salah satunya pengingat untuk ulang tahunku yang akan segera datang.
Eh?
Astaga, aku lupa ulang tahunku berselisih satu hari sebelum tahun baru.
Aku langsung menutupnya begitu membaca sekilas ada rencana yang sudah dirancang Han Seungri untuk ulang tahunku. Tidak, biarkan itu kejutan walau aku sangat penasaran.
Niat awalku hanya ingin mengambil ini, tapi finalnya aku justru membawa koper kecil baru, berisi pakaianku dan Han Seungri. Pakaian tambahan karena sepertinya kami akan menginap di sana sampai tahun baru.
Satu tanganku menarik koper, sementara satu lainnya memeluk buku ketika aku berjalan di koridor yang sepi. Aku baru berhenti saat tiba di depan lift. Menunggu cukup lama hingga bunyi lift terdengar dan itu praktis menarik atensiku yang tengah mengamati sekitar. Aku mundur selangkah sambil menunggu pintu terbuka, menarik senyum karena sepertinya aku tidak akan sendirian. Namun senyum itu perlahan pudar ketika aku dihadapkan dengannya, orang yang paling ku hindari.
Dia juga sama terkejutnya, bahkan lebih cepat tanggap dalam memahami situasi karena segera menepi, memberikanku ruang untuk masuk. Sejujurnya malas, tapi aku harus masuk. Tidak apa-apa, ini tidak akan lebih dari lima menit, aku pasti bisa.
Pada akhirnya, aku masuk dan berdiri berlawanan dengan Park Ji-young, membuat jarak sejauh yang aku bisa agar tidak ada peluang untuk berkomunikasi.
"Kau memblokir kontakku?"
Sial, dia berani juga mengajakku bicara.
"Ya."
"Kenapa? Apa salahku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes | Jisung ✓
RomancePark Ji-young, tidak pernah aku bayangkan nama itu akan berpengaruh besar pada garis hidupku. Dia yang kukagumi selama 9 tahun, ternyata menjadi mimpi indah sekaligus terburuk untukku. Berkali-kali aku mengingatkan diri bahwa seseorang yang biasa se...