| happy reading |
| don't forget to give your best support |
###
Sial. Sial. Sial.
Salah sekali aku mengajaknya untuk menemaniku melakukan check up. Jika saja aku bisa memutar waktu, aku sungguh ingin membungkam mulutku saat menawarkan pergi ke rumah sakit bersama Ji-young. Tapi aku mana menyangka dokter yang sudah lumayan dekat denganku itu akan mengatakan hal sememalukan itu.
Argh, bahkan mengingatnya saja aku ingin berteriak karena malu.
Akibatnya, hubunganku dengan Ji-young sedikit merenggang untuk beberapa hari. Dia yang kembali syuting membuatku lega. Aku tidak perlu bertemu dengannya, karena sungguh aku masih malu berhadapan dengannya. Selama tiga hari ini, aku selalu sengaja bangun telat dan tidur lebih cepat, hanya untuk menghindar agar tidak terlibat percakapan dengannya.
Namun hari ini sepertinya kebiasaan baruku itu tak dapat terealisasikan sebab Park Ji-young pulang jauh lebih cepat dari biasanya. Dia pulang di hari yang masih sore! Aku yang baru keluar kamar langsung memundurkan langkahku dan buru-buru duduk di tepi ranjang. Bodohnya aku, melupakan satu fakta bahwa kamar selalu jadi tempat pertama yang didatangi Ji-young sepulang bekerja. Niat menghindarinya gagal total saat dia masuk tak berapa lama kemudian.
"Aku tidak melihat Mama di luar," katanya tiba-tiba, menoleh padaku sejenak sebelum sibuk memilih baju di depan lemari.
"Itu... aku... memintanya membeli buah... di supermarket."
"Begitu rupanya."
"Iya..."
Aku bernapas lega ketika dia hendak mandi. Namun perasaan itu secepat kilat diganti dengan panik yang luar biasa saat langkahnya tiba-tiba belok ke arahku.
"Bagaimana cupcakes?"
Aku tahu dia selalu begitu tiap pulang. Tapi 3 hari kemarin dia bertanya saat aku sudah tidur. Tidak, tapi saat aku pura-pura tidur. Jadi aku tak perlu pusing-pusing membalasnya. Namun kini, ketika mataku jelas-jelas hampir melotot, aku bingung harus menjawab apa.
"Kau tidak apa-apa?"
"Ah, itu dia... biasa saja. Maksudku, tidak banyak bertingkah. Tidak banyak merepotkan." Aku merutuk kebodohanku setelahnya. Kenapa perkataan dokter itu justru menari-nari di kepalaku, sih?!
"Aku pulang cepat hari ini karena seminggu ke depan tidak akan pulang. Aku harus pergi ke luar kota lagi. Jadi aku meminta waktu untuk bersama cupcakes malam ini."
Untuk apa juga dia menceritakan itu padaku? Bukankah setiap malam juga dia bermain-main dengan cupcakes sampai membangunkanku?
"Lalu aku harus apa?"
Di depanku, Ji-young menarik napas lelah. "Mari lupakan masalah kemarin dan bersikap seperti pasangan seutuhnya. Seperti perkataan dokter Lee kemarin. Itu baik untuk cupcakes."
"..."
"Jadi yang perlu kau lakukan adalah tetap terjaga semalaman dan biarkan aku melihat cupcakes."
"..., hah?"
"Aku tidak tahu kau itu benar-benar lamban atau sedang pura-pura. Karena seharusnya kau tahu maksud dari kalimatku."
Mari lupakan masalah kemarin...
Dan bersikap seperti pasangan seutuhnya...
Biarkan aku melihat cupcakes...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes | Jisung ✓
RomancePark Ji-young, tidak pernah aku bayangkan nama itu akan berpengaruh besar pada garis hidupku. Dia yang kukagumi selama 9 tahun, ternyata menjadi mimpi indah sekaligus terburuk untukku. Berkali-kali aku mengingatkan diri bahwa seseorang yang biasa se...