28 | Cupcakes

42 6 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###












Pertama kali membuka mata, jam dua empat lima langsung terpampang di depanku. Masih pagi sekali, tapi perutku yang berbunyi tidak bisa kuabaikan lagi. Aku lapar, sebuah ketidakwajaran yang baru kurasakan.

"Cupcakes laper ya?" Aku bermonolog seraya berjalan menuju dapur. Walau masih terkantuk-kantuk, aku tetap bergerak hati-hati agar tidak membangunkan orang rumah. Terlebih Papa yang malam tadi baru pulang dinas.

Sekitar lima menit kemudian, satu porsi mie soto tersaji di hadapanku. Aku membawanya ke ruang keluarga. Makan dalam kondisi remang karena aku hanya menyalakan lampu meja.

Oh! Dia menendang!

Pada suapan keempat, bahkan sendok masih berada di mulutku saat aku merasakan pergerakan itu. Wow, aku tidak memintanya padahal. Tidak juga mengajaknya bicara karena aku tidak boleh berisik. Atau dia senang karena aku mengabulkan permintaannya?

"Kak?"

Ruang keluarga berubah terang dalam sekejap. Aku menoleh ke belakang dengan wajah terkejut, lupa pada sendok yang masih berada dalam mulutku.

"Astaga, kamu lagi ngapain di sana malem-malem?"

Di titik ini aku baru sadar dan bergegas melepas sendoknya. Aku meringis, lantas mengangkat mangkuk tinggi-tinggi. "Makan, Pa. Hehe."

"Jam 3 pagi?"

"Iya. Laper. Papa mau?"

Dari jarak sepuluh meter, kulihat Papa menggeleng. "Nggak. Cepet habisin kalau gitu, terus tidur lagi. Papa pikir ada siapa grasak-grusuk di luar."

Aku tidak menimbulkan suara yang heboh???

Tapi mungkin Papa yang pendengarannya tajam, entahlah. Kalaupun hantu aku beruntung karena tidak berpapasan dengannya.

"Papa masuk lagi."

***

Papa menyuruhku kembali tidur dan memang sudah seharusnya aku tidur. Masih ada 3 jam sebelum pagi menggantikan, tapi entah kenapa setelah kembali ke kamar aku malah tidak mengantuk. Perut kenyang harusnya bisa menjadi pendukung, namun malam ini itu tidak berlaku.

Aku berakhir duduk bersandar di kasur selama berjam-jam. Tidak melakukan apa-apa, bahkan handphone sekalipun kulupakan, karena yang kulakukan hanya merenung. Melamun sampai tidak sadar di luar mulai terang.

Ya, tak terasa ternyata sudah 2 jam lebih aku duduk di sana, pinggangku sampai sedikit ngilu saat bergerak ke pinggiran kasur. Dari jendela yang dilapisi gorden tipis, menunjukkan bahwa matahari mulai muncul dengan malu-malu. Maka aku bergegas bangun, bersiap keluar.

Sejak kemarin, aku sudah berencana jika hari ini akan pergi jalan-jalan. Hanya sekitar rumah, ini juga atas saran dokter karena aku harus banyak bergerak. Weekend ini sepertinya cocok karena cuaca pun sepertinya akan cerah.

"Mau ke mana kamu pake baju gitu?"

Tiba di dapur, aku yang tadinya berniat mengambil air malah ditodong pertanyaan dengan nada ketus dari Mama. Aku menghela napas, berusaha sabar.

"Mau jalan-jalan, keliling komplek."

Untungnya Mama tak membalas lagi, aku menuntaskan minumku secepat mungkin. Namun melewati ruang tengah, satu pertanyaan lagi-lagi menghentikan langkahku.

"Sarapan dulu, Kak."

Aku terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Tadi kan udah makan, masih rada kenyang. Nanti cari di luar aja."

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang