35 | Cupcakes

44 5 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |











###











Aku tidak bisa tidur setelahnya. Padahal di depanku, Park Ji-young langsung memejamkan mata setelah menyeka ujung matanya. Dan dari napasnya yang teratur, aku tahu dia telah mengarungi mimpinya.

Aku juga ingin tertidur, namun entah kenapa kantukku lenyap begitu saja. Selama beberapa jam, yang kulakukan hanya memandangi wajahnya yang begitu damai. Mengatur rambutnya yang jatuh di dahi, lalu berusaha mencari kenyamanan dengan merapatkan diri pada tubuh hangatnya. Walaupun aku baru bisa tertidur ketika hari mulai pagi.

Aku tidak yakin, tapi mungkin sekitar 1-2 jam aku terlelap ke alam mimpi. Aku terbangun ketika mendengar ketukan di pintu kamar, baru tersadar aku sudah sendirian di atas ranjang.

"Jie?"

"Oh, kau sudah bangun?" Suaranya dari arah belakang, saat aku menoleh, aku menemukan dirinya terduduk di atas lantai, sibuk menata pakaian di dalam koper.

"Kau sedang apa?"

Namun sebelum dia menjawab, suara Kak Ji-hyun terdengar. Sepertinya dia sedang berdiri di depan pintu sekarang.

"Tari, apa Ji-young di dalam? Aku melihat sepatunya."

Tanpa pikir panjang Ji-young menunjukkan wajahnya setelah membuka pintu. "Iya, aku—"

"Astaga dasar anak nakal! Bisa-bisanya kau pulang tanpa bertemu denganku? Kau pikir apartemen ini milikmu yang bisa kau masuki sesuka hati, huh?!"

"Aduh! Aish, noona! Ini sakit tolong lepaskan!"

Di tempatku duduk, aku hanya bisa meringis menyaksikan telinga Ji-young ditarik kuat oleh Kak Ji-hyun. Pasti rasanya sakit.

"Ini hukuman untukmu yang datang dan pergi sesuka hati! Kau pikir kau siapa berani menggantungkan kami? Kau tahu Tari menunggumu selama delapan hari brengsek!"

"Iya iya, maafkan aku. Lepaskan telingaku, rasanya hampir lepas sebentar lagi..."

Ok, dia sangat berlebihan. Aku terkikik geli melihatnya yang kini mengusap-usap telinganya dengan wajah masam.

"Eonni, sudahlah. Aku tidak apa-apa." Akhirnya aku menengahi saat Kak Ji-hyun hendak memberi siraman rohani lagi di pagi ini. "Apa kau akan pergi sekarang?"

"Iya. Kau baik-baik ya di rumah, aku tidak sempat memasak jadi pesan saja nanti," jelasnya yang lalu dibalas anggukan olehku. Namun sebelum perempuan itu pergi, Ji-young menarik lengannya.

"Sebentar, noona. Aku ingin bicara denganmu sebentar."

"Apa? Cepat, aku harus bekerja."

"Aku ingin membawa kembali Tari untuk tinggal di apartemenku."

"Apa?" Itu aku, aku bereaksi lebih cepat dari Kak Ji-hyun. "Jangan bercanda, Jie."

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" sahutnya cepat, lalu melempar tatapannya ke arah koper yang tergeletak di dekat lemari. "Aku bahkan sudah mengemasi pakaianmu."

"Alasannya?" Kak Ji-hyun bersuara setelah diam, bersedekap dada di permukaan pintu.

"Aku ingin mulai menyiapkan untuk proses persalinannya. Sudah dekat. Aku juga sudah memanggil seseorang untuk membantunya jika aku bekerja, Tari tidak akan sendirian."

"Bicarakan dengan Tari saja, aku harus pergi bekerja sekarang."

Setelahnya kami ditinggalkan berdua. Aku memperhatikan gerak-geriknya yang masih bergeming di dekat pintu, lalu melangkah ke arah lemari dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang