O8 | Cupcakes

38 6 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###



Sampai tanggal 15, aku benar-benar tidak tahu harus memberi kejutan seperti apa pada Han Seungri. Aku sudah punya pikiran hanya mengucapkan selamat ulang tahun lalu memberikan kado saja karena bingung, tapi itu sangat tidak memorable sekali. Ideku sudah habis pada skripsi dan segala tetek bengek tugas akhir sialan.

Bahkan sekarang sudah jam 7 malam, tapi aku belum menyiapkan apa-apa. Aku mengacak rambut frustrasi. Aku harus apa? Reservasi hotel? Restoran? Atau mentraktirnya jalan-jalan? Mohon maaf, uangku tidak sebanyak Han Seungri. Aku harus pintar, tapi sampai detik ini, aku tidak terpikirkan ide apapun.

"Arghh, aku harus apa?!" pekikku akhirnya. Aku tidak peduli volumenya sekencang apa, karena aku hanya sendirian di kamar.

Tadinya begitu, sampai teriakanku ternyata disahut Hye-rin yang baru saja masuk ke kamar.

"Apa kau sudah gila?" tanyanya prihatin, tapi aku tak peduli. "Orang-orang gila saat menyusun skripsi, tapi kenapa kau gila setelah skripsimu selesai?"

Aku mau menangis saja rasanya. "Hye-rin..."

"Hmm?"

"Tolong rekomendasikan surprise yang hemat untuk mahasiswi beasiswa sepertiku."

"Kau masih bergelut dengan masalah kejutan ulang tahun Han Seungri?"

Aku mengangguk tanpa minat. "Kenapa dia harus sekaya itu, sih?"

"Apa hubungannya?"

"Aku jadi bingung mau memberi apa," lirihku putus asa. Aku tak melihatnya, tapi kurasa Hye-rin sedang menahan tawa sekarang. "Tertawa saja, aku tahu aku bodoh."

"Lebih tepatnya, polos."

Aku mendengus mendengar balasannya. Beberapa saat, aku bergeming di atas tempat tidur, sampai akhirnya kurasakan seseorang menduduki pinggiran kasurku. Siapa lagi jika bukan Shin Hye-rin.

"Berikan semampumu saja. Aku rasa Han Seungri juga bukan orang yang gila harta, jika melihat dari bagaimana dia selama di sini."

Dia benar, Han Seungri memang orang yang hemat. Dia lebih suka membeli barang lokal yang harganya murah daripada barang-barang branded buatan pasar internasional. Padahal ayahnya seorang pimpinan, tapi setelah melihat Papa Han waktu itu, aku rasa sifat itu memang turunan.

"Kau punya ide?" tanyaku kemudian, menatapnya dengan posisi berbaring.

Kulihat, Hye-rin malah menepuk jidatnya. "Tinggal kau beri saja surprise kecil-kecilan, bisa dengan mendatangi kamarnya, atau mengajaknya jalan-jalan, terserah."

Setelah sekian lama, akhirnya mataku bisa berbinar karena mendapat ide brilian.

***

Aku tidak memilih opsi keduanya.

Karena setelah kupikirkan, dua saran itu tidak memungkinkan di situasi sekarang. Aku sungkan jika nekat berkunjung ke asrama laki-laki, apalagi dia tidak tinggal sendiri. Teman-temannya pasti akan terus menggoda kami. Lalu untuk opsi jalan-jalan, maaf sekali aku tidak sekaya Han Seungri yang bisa dengan mudah mengeluarkan uang untuk mentraktir temannya makan. Uangku sangat-sangat terbatas, aku harus pintar-pintar hidup di kota maju ini.

Aku sudah punya rencana lain. Dan langkah pertamanya sudah selesai kulakukan.

Seharian di tanggal 16, aku sengaja menghilang. Tidak memberi kabar pada Han Seungri, dan meminta bantuan teman asramaku untuk tidak memberitahukan keberadaanku pada laki-laki itu. Aku bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun di jam 12 tadi. Aku memang ingin membuatnya marah padaku.

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang