3O | Cupcakes

51 5 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |








###











"Kau begitu menyukai Han Seungri sepertinya."

Han Seungri sudah pulang sejak berjam-jam yang lalu, jadi aku bisa bebas untuk berkeliaran di apartemen ini. Malam ini, saat kami lagi-lagi duduk berdua di hadapan banyak makanan untuk makan malam, Ji-young tiba-tiba membahas Han Seungri lagi.

"Kenapa memangnya?" Tiba-tiba sekali dia tertarik dengan perasaanku pada pacarku.

"Tidak ada. Hanya... aku iri."

"Iri untuk?"

"Kau menyukai Han Seungri, bukan aku."

"..."

Aku suka dia jujur, tapi jika terlalu blak-blakan begini siapa juga yang repot? Aku jadi bingung harus bereaksi apa.

"Jangan bicara omong kosong, Jie." Aku berdeham, lalu melanjutkan makan.

"Tari,"

"Berhenti bicara dan habiskan dulu makananmu, Park Ji-young."

"Aku penasaran, apa lebih baik kita mengaku saja?"

"Apa?"

"Kita mengaku, pelan-pelan saja, tapi Han Seungri harus jadi orang pertama sebelum agensi atau penggemarku. Dan aku rasa waktunya tepat jika dilakukan dalam waktu dekat."

"Kau gila?!" Makanan yang semula dipesan olehku karena aku menginginkannya jadi tidak berselera karena pembahasan ini. Dia ini sudah gila atau bagaimana? Mengaku pada Han Seungri? Mengundang masalah besar saja.

"Tapi bukankah itu lebih baik? Kau tidak perlu bersembunyi lagi saat dia datang ke sini."

"Aku lebih baik begitu seumur hidupku," sahutku cepat, menghunuskan tatapan tajamku ke arahnya untuk mengintimidasi. "Apa kau sudah lupa dengan permintaanku semalam? Selagi anak ini belum lahir, tidak boleh ada yang mengetahui kehamilanku, maupun eksistensiku di rumah ini."

"Akan lama jika menunggu dia lahir, Tari."

"Lalu kenapa? Kau ada masalah?"

"Kau bilang kau menyukainya, kau merindukannya, maka kau harus bertemu dengannya, bukan?"

Jadi dia mengkhawatirkanku?

"Memangnya setelah kita mengaku padanya, dia akan tetap menemuiku? Dia bisa saja kecewa padaku dan menganggap aku pengkhianat dalam hubungan kami."

***

Apa aku salah berbicara? Atau, apa aku sangat keterlaluan padanya? Karena aku jelas merasakan perubahan sikap Park Ji-young setelah malam itu. Aku tidak bisa bertanya langsung, waktunya di apartemen ini sangat sedikit, dia jadi banyak sibuk di luar. Bilangnya pekerjaan, tapi jika aku bertanya lebih dalam, dia hanya diam.

Untungnya hari ini sepertinya dia punya banyak waktu luang, sebab masih bergelung di dalam selimut walau jam berada di angka sembilan. Sejak pagi aku sibuk beres-beres dan memasak, dan melihatnya masih bertahan di posisi itu satu helaan napas keluar dari mulutku.

"Jie, kau tidak bangun?" Dengan ragu tanganku menyentuh rahangnya. Sedikit tersentak ketika dia langsung terbangun hanya karena sentuhan itu. "Oh, maaf."

"Ada apa?"

"Ini sudah hampir siang, kau tidak bekerja?"

"Tidak ada schedule."

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang