| happy reading |
| don't forget to give your best support |
###
Sejak tanggal 10, aku benar-benar tidak bisa tenang. Apa yang biasa kulakukan jadi tidak menyenangkan. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Bernapas pun rasanya tidak nyaman. Apalagi ketika Park Ji-young masih belum pulang setelah satu minggu di luar kota. Tinggal 2 hari lagi, dan aku masih tidak tahu apa sebenarnya rencana laki-laki itu.
Atau mungkin tidak jadi sebab jadwalnya yang padat itu?
Tidak. Aku belum menyusun rencana cadangan selain menolak dan berbohong tidak mendapat cuti. Itu saja tidak akan cukup untuk menghentikan Han Seungri ke Jakarta. Aku harus bagaimana?
Namun ketakutan itu seketika pudar saat pintu apartemen dibuka dan Park Ji-young masuk dengan langkah lebar. Aku yang sedang duduk di sofa lekas bangkit, bernapas lega karena dia akhirnya datang.
"Bereskan ini, aku harus pergi lagi." Dia memberikan kopernya padaku dengan tergesa-gesa. Lalu pergi lagi sebelum aku sempat membalas.
"Sebentar, Jie!" Dalam situasi ini aku ingin merutuk karena jalanku begitu lambat. "Kau mau ke mana lagi?"
"Aku mendapat kabar, pacarmu akan berangkat malam ini."
"Apa?" Hari ini? Tanggal 14? Kenapa dia tidak memberitahuku?
"Aku harus segera menghentikannya." Hanya itu yang dia katakan, padahal aku ingin tahu sedikit tentang rencananya. Namun sosoknya yang langsung hilang membuat pertanyaanku hanya bergema dalam kepala.
***
Jie: aku sudah berhasil menghentikannya
Jie: aku mungkin akan pulang sangat malam, kau istirahat lebih dulu, jangan menunggukuPesan dari Ji-young membuat setengah beban yang sejak kemarin mendekapku hilang. Dia berhasil, tapi apa yang dia lakukan? Apakah dia membujuk? Mengobrol seperti waktu itu? Apa yang dia lakukan sampai berhasil mengubah keputusan Han Seungri?
Aku sungguh penasaran. Itulah mengapa aku memutuskan menunggunya di ruang tengah yang sengaja gelap agar tidak membuat Mama curiga. Abaikan saja perintahnya, aku benar-benar tidak bisa menahan rasa penasaranku lebih lama lagi.
Satu jam...
Dua jam...
Lima jam...
Aku menunggunya dengan sabar. Dia sudah mengatakan akan pulang larut malam, tapi ini sudah lebih dari tengah malam. Sekarang saja jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi.
Beberapa kali aku nyaris tertidur karena mengantuk. Huh, apakah dia tidak akan pulang? Aku tidak masalah sebenarnya, tapi dia baru pulang dari perjalanan jauh tadi siang. Harusnya dia istirahat.
Sepertinya dia tidak akan pulang...
Saat jam sudah hampir di angka empat, aku betulan menyerah. Mungkin dia akan menginap, mungkin juga dia sudah tidur sejak tadi. Aku yang bodoh memilih menunggunya.
Dan walau kesusahan, tubuhku akhirnya bangkit lalu berjalan menuju kamar, dengan mata terkantuk-kantuk hingga membuat tanganku berpegangan pada tembok agar tidak jatuh. Namun tepat saat aku mengambil langkah ke-lima, suara pintu yang terbuka membuatku langsung menoleh ke belakang. Dia, laki-laki yang kutunggu kedatangannya akhirnya pulang.
"Jie..." panggilku seraya mendekat, hidungku mengerut tak nyaman ketika mendapati bau alkohol mengelilingi tubuhnya. "Kau mabuk?"
Dia hanya mengangguk, lalu menumpukan kepalanya di bahuku. "Antarkan aku ke kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes | Jisung ✓
RomancePark Ji-young, tidak pernah aku bayangkan nama itu akan berpengaruh besar pada garis hidupku. Dia yang kukagumi selama 9 tahun, ternyata menjadi mimpi indah sekaligus terburuk untukku. Berkali-kali aku mengingatkan diri bahwa seseorang yang biasa se...