25 | Cupcakes

43 5 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###















Hari ini jadwal USG. USG pertama sejak keluarga mengetahui kehamilanku, sepertinya aku sudah tidak harus mencari alibi lagi. Tidak juga harus menumbalkan Kak Sandi dengan alasan pekerjaan atau makan di luar.

Kali ini aku bisa sendiri.

Namun yang terjadi adalah, aku duduk di jok belakang dengan Agam yang mengemudi. Saat keluar tadi, kami tak sengaja berpapasan dan entah kesambet apa, dia tiba-tiba mengekoriku setelah kubilang aku akan pergi ke dokter.

"Kami sudah membuat janji dengan dokter Agnes."

Dia bahkan bertingkah seperti suami siaga? Dasar bocah.

"Lo jadi keliatan kayak suami gue, tau gak?"

Sambil menunggu panggilan, aku memecah keheningan dengan satu celetukan. Dia menoleh dengan wajah yang kepalang jelek.

"Dih. Males."

Memang tidak seharusnya aku mengajak pria kulkas bicara.

"Gue masih penasaran," tiba-tiba dia bersuara, sedikit mengubah posisi duduknya namun mata tetap memandang ke depan. "Kapan dan di mana kalian ngelakuin itu? Anyway, make out yang sampe jadi bayi gini. Secara lo udah punya pacar dan lo pun tinggal serumah bareng pacar. Akan lebih masuk akal kalau lo bilang bapaknya cowok lo, tapi ini?"

Aku antara kesal, malu, marah. Ingin memakinya namun namaku sudah terpanggil. Tahan dulu, tidak baik memaki suami gadungan di tempat umum.

"Selamat sore, dok."

"Sore." Dokter berambut pendek itu menyambut kami dengan ramah. "Langsung mulai aja?"

Aku mengangguk, lantas mulai membaringkan diri di atas kasur perawatan. Jantungku tak pernah tak berdebar setiap akan melakukan ini, entah kenapa aku selalu berpikiran yang tidak-tidak, walau sejauh ini bayiku sehat-sehat saja.

Rasanya geli dan sejuk, tubuhku menegang ketika layar mulai memperlihatkan kondisi rahimku. Jelas sekali ada kehidupan di sana, benar kata Papa, dia masih sangat kecil.

"Detak jantungnya sudah bisa terdengar, mau dengar?"

"Iya." Yang menjawab justru Agam. Saat aku menoleh, yang kutemukan hanya raut bahagia dengan mata berkaca-kaca. Tunggu, dia senang?

"Suara yang seperti derap kuda itu detak jantungnya."

Ruangan disekap hening dalam waktu lama. Ya, aku mendengarnya. Terdengar riuh dan aku tidak bisa menahan air mataku. Rasanya bahagia mengingat aku berhasil mempertahankannya sampai sejauh ini. Memang ini belum apa-apa, aku bahkan baru melewati trimester pertama, tapi aku merasa sangat bangga.

"Apa semuanya sehat, dok?" Pertanyaanku diwakilkan Agam. Terima kasih karena aku memang belum mampu banyak bicara sekarang.

"Keduanya sehat, bagus kok. Hanya tolong lebih diperhatikan lagi apa saja yang dimakan si ibu. Itu sangat berpengaruh untuk janinnya yang masih dalam pembentukan. Kurangi aktivitas fisik, apalagi pekerjaan yang mengharuskan kamu mengangkat sesuatu yang berat. Vitamin yang kemarin masih kamu minum rutin?"

Di hadapan dokter Agnes, kepalaku mengangguk patuh. "Masih, dok."

"Saya resepkan lagi ya, itu harus diminum rutin sampai akhir kehamilan nanti."

"Iya, terima kasih."

"Minggu depan kamu sudah masuk trimester kedua. Selamat ya, tinggal sebentar lagi."

Cupcakes | Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang