Semua Cuma Teori

502 71 56
                                    

Pagi itu, mata Bara perlahan mengerjap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, mata Bara perlahan mengerjap. Sinar matahari lembut melewati vitrace mewah panjang yang dipasang memanjang dari langit-langit kamar. Dia mendesah berat saat dinding monokrom menghiasi pandangannya.

Shit, Bara! Pasti ayah marah, gumamnya.

Bayangan ayahnya, Yaksa yang tidak mau bicara saat Bayu meminta maaf menakutinya. Saat itu, alasannya juga sama. Karena Bayu menginap di Erion.




Ingatkan Bara juga untuk mengganti dinding kamarnya di Erion dengan warna yang agak cerah. Warna ini terlalu mengingatkannya pada masa-masa kelam.

Pandangan Bara bergulir pada jendela besar disamping. Tangannya kembali memeluk dirinya sendiri. Membungkus dirinya dalam dekapan selimut lembut.

Maaf, ayah. Gumamnya lagi.

Tapi Bara tidak rela melepaskan kenyamanan ini. Semalam adalah tidur ternyenyak selama kurun waktu hampir setahun ini. Harusnya dia minum beer banyak-banyak saja. Susu hangat buatan bubu tidak memberikan efek sebagus beer. Meski bayarannya, kepalanya terasa ingin pecah saat ini.







"Dek"

Sial.

Bara dengan cepat berbalik dan bangun. Hal bodoh yang Bara lakukan. Bara memaki dirinya sendiri, pandangannya berputar.

Melihat adiknya yang meringis pelan sambil memegangi kepalanya, meluluhkan Jan. Dia menelan kembali semua sumpah serapah yang tadi ingin dia katakan pada adik manisnya di pagi hari nan cerah.

"Gapapa, dek?"

Jan Raka ikut meremat pelan pundak adiknya.

"Kepala Bayu pusing banget," keluhnya.

"Minum obat dulu," Jan Raka singkat menanggapi.




Jika saja Sangga yang ada dihadapannya, tentu Jan Raka akan puas membodohi anak itu. Apa yang diharapkannya setelah minum tiga botol beer?

Sebelah tangan Jan Raka dengan sigap mengambil tablet aspirin yang dia siapkan diatas piring kecil.

Bayu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan Jan. Alisnya mulai  menekuk dalam.





"Kenapa?"

Adiknya masih diam, tanpa memutus pandangannya.

"Dek?"



"Bayu mau muntah."

Jan menggeleng, sementara Bayu bangkit buru-buru dan berjalan ke arah kamar mandi.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bara Bayu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang