Blue Diamond - D-Day

236 25 97
                                    

Sangga lagi-lagi menghela nafasnya dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangga lagi-lagi menghela nafasnya dalam. Ada sesuatu yang memberatkan hatinya, yang Sangga tidak mengetahui apa. Apakah itu khawatir, cemas, marah. Sangga hanys tau, kalau dia takut kehilangan Bara.

Bahkan bulan purnama yang setia tergantung pada langit disana, tidak juga menenangkannya. Sangga rasanya ingin menangis dalam ekstase. Sangga sudah bisa merasakannya, dia juga sudah bisa membaui wanginya.









Tangan polos Bara sudah berada di dada Sangga, yang tidak terbalut apapun. Melingkar dan memeluk Sangga erat. Pipi Bara bersandar di punggung Sangga.

"Sangga gak tidur?" Suara Bara mengalun lembut.

Sangga berbalik, menjumpai wajah yang selalu dia puja.

"Kebangun," ucap Sangga, dia mencium punggung tangan Bara lembut.

Sangga ingin selamanya begini, dia tidak sanggup jika harus melepaskannya pergi.










"Degup jantungnya melemah, asumsi saya ini karena pengaruh Ropestein yang dikonsumsinya,"

"Ropestein? Apa itu?"

"Kau tidak tau Sangga? Ayahmu memberikannya obat penenang, Yaksa kira dia mengobati Bara, namun obat itu adalah racun yang paling berbahaya,"

"Dan obat itu pelan-pelan menyakiti Bara, melemahkan jantungnya"

"Sudah cukup adek menderita dan keluarga kita hancur, jangan lu tambahin lagi,"









"Hey,"

Usapan lembut Bara di pipinya menyadarkannya. Sangga hanya menciumi telapak tangan Bara. Dia terlalu takut memikirkan semuanya. Tapi lagi-lagi, matanya tidak lepas dari sorot mata Bara yang menatapnya cemas.








"Ada apa, Sang?" Tanyanya.

Sangga mendengus, bagaimana mungkin Bara masih bisa mengkhawatirkan orang lain. Disaat dirinya sendirilah yang harus dikhawatirkan.

Jarak mereka hanya sejangkauan lengan. Sangga menarik Bara mendekat, dia mendekap Bara erat. Tepat di pundak Bara, Sangga menciumnya lama. Hal yang selalu Sangga lakukan sejak dulu. Entah ada yang menyadari atau tidak. Sangga ingin menyatakan, kalau Bara adalah miliknya.

"Kamu harus pergi pagi-pagi sekali?" Tanya Sangga.

Bara hanya berdeham, "hm, ini pekerjaan yang serius, aku hanya ingin menunjukkan pada Rothstein kalau aku layak memimpinnya,"

Sangga hanya memejamkan matanya. Menikmati degup jantung milik Bara yang terdengar di telinganya.

Sangga bersumpah, dia akan melakukan apapun. Apapun agar degup jantung milik Bara berdetak lebih lama dibanding miliknya sendiri.









Bara Bayu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang