Sudah hampir tiga hari, rasanya Theo berada di dalam laboratorium John RND. Dia hanya sesekali keluar untuk makan bersama Kaivan atau Sakala. Itupun, di sebelah ruangan yang diperumtukan untuknya.
"Kita akan menemukannya besok, Theo," ucap Dokter Joseph, sambil sedikit meremas bahu Theo. "Jangan khawatir,"
Kalimat yang sama, sejak pertama kali mereka berkenalan. Lagi-lagi, hari itu Theo tutup dengan kegagalan. Theo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi.
"Ayah, Theo harus apa?" Gumamnya sambil menyugar rambutnya frustasi.
Seharusnya dia mengambil jurusan kimia klinis saja, daripada menjadi idol.
Tiga hari memang waktu yang tidak masuk akal untuk menemukan antidot Ropestein. Ayahnya dulu butuh waktu satu tahun untuk mengembangkannya. Tapi Theo tidak memiliki waktu sebanyak itu, terutama Bara.
Berhenti mengikuti, waktunya melawan.
Mata yang terpejam itu, tiba-tiba terbuka lebar. Theo ingat dia melupakan hal paling vital. Dengan cepat Theo menarik pintu ruang kerjanya dan bergegas pergi.
.
.
.
Bugh!
Pandangan Juna berputar, dadanya menubruk dasar ring tinjua dengan sangat kuat. Juna agak mendesis, saat keringatnya melewati tepat luka di pelipisnya. Juna sama sekali tidak menyangka, kalau air keringat bisa jauh lebih menyakiti daripada pisau.
"Berhenti nyengir," ucap Malvin, kepala pengawal Erion yang berubah menjadi mesin pembunuh bagi Juna.
Senyum yang tidak disasari Juna segera sirna. Juna segera merapatkan bibirnya.
"Cepat bangun, Rothstein," katanya lagi, "Tuan Bara tidak butuh waktu selama kamu untuk bisa berdiri tegap,"
Curang! Cibir Juna dalam batinnya.
Mereka selalu memancing semangat Juna, hanya dengan menyebutkan nama Bara. Semudah itu, tapi sialnya semudah itu juga nama Bara bisa membuat Juna rela melakukan apapun. Termasuk melemparkan dirinya ke mesin pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Bayu Season 2
FanficWarning : BxB Erion Family adalah dinasti bisnis paling terkenal di Dunia. Sejajar dengan jajaran elite dunia. Erion Company terlalu besar untuk disandingkan dengan Jayendra. "Bara? Bayu? Now tell me who you really are?" Selama lebih dari enam bel...