Sanggara : Tak Tergenggam

278 24 121
                                    

Ledakan serotonin yang menyergapnya. Tidak lagi membuatnya bahagia. Namun sebaliknya, Luke menyipitkan matanya, bahkan sinar matahari yang menyorot melalui celah jendela. Kini terasa menatapnya nyalang dan membakar kulitnya.

 Kini terasa menatapnya nyalang dan membakar kulitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enjoy your ride, buddy?"



Luke mencoba membuka matanya, berkali-kali dia mengerjap. Namun pandangannya kabur, seolah dia berada di  atas gunung saat pagi buta dipenuhi kabut.

Juna semakin tertawa puas, "suntikin lagi," perintah Juna.

Tentu, Theo dengan senang hati menuruti. Dia menyuntikan Ropestein dengan kadar tertinggi melalui nadi Luke.





"Aaakk!!" Luke berteriak.

Sementara kedua sahabat itu, saling melirik dan suara tawa mereka pecah.

"Fuck you!" Umpat Theo.

Ini untuk mendiang ayahnya. 

Luke hanya mampu mengerang dan berteriak. Otot-ototnya pasti kaku, karena overdosis.



"Besok aku akan suntikan antidot Ropestein padanya," kata Theo.

"Kamu ingin mengobatinya?!" Juna sudah mencengkram lengan Theo.

Jika Theo mengangguk, Juna pastikan Luke sudah berada dibawah tanah saat ini.

Theo menggeleng, "bukan untuk menyembuhkannya, tapi untuk menguji keberhasilan antidot itu,"





Juna masih mengerjap, dia tidak mengerti. Sementara Theo berdecak. Apa yang bisa dia harapkan dari seseorang yang hanya ada menari dan menyanyi di otaknya.

Kaki Theo menendang pinggang Luke, "bajingan ini akan menjadi kelinci percobaanku, aku ingin antidot yang akan kita berikan pada Bara memiliki tingkat keberhasilan sempurna tanpa efek apapun,"





Perlahan senyum Juna merekah, dia menarik Theo dan memeluknya sekilas. Sementara Theo hanya menolak sebal. Theo tau persis kak Juna memang selalu seperti ini, dia akan memeluk orang-orang dengan gaya kerennya. 

"Good job, gunain aja dia sesuka hati," kata Juna, "kalau kamu butuh apapun,"

Seorang pengawal dibelakangnya menunduk hormat. Begitu juga Theo, dia akan pastikan kesempatan yang dia dapatkan kini, tidak akan dia sia-siakan. 

"kamu mau potong badannya, atau apalah, bebas saja," kata Juna lagi.





Mereka berbalik, meninggalkan Luke yang masih mengerang dan berguling di lantai. Mereka sama sekali tidak peduli. 

"Ngomong-ngomong, Bara suka hadiah darimu?" Tanya Theo.

Sementara Juna, dia sudah menampilkan wajah bodohnya yang sangat Theo hafal.  Theo hanya menghela nafasnya, sia-sia dia mencari box yang tepat untuk hadiah Bara. 

Bara Bayu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang