Playing With Fire

292 31 108
                                    

Sangga menyelipkan tangannya pada saku celana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangga menyelipkan tangannya pada saku celana. Dia mendesah lega, saat menatap punggung Bara. Bara fokus menatap matahari terbenam. Sekalipun tidak ada cahaya yang menyorot ke arah Bara. Bagi Sangga, Bara adalah pusat rotasinya, Bara tetap berkilau indah di pelupuk matanya.

Benar kata bang Jan. lebih baik Bara bersuara atau tertawa keras karena dijahilin bang Jan. Daripada seperti ini. Sangga hanya meninggalkannya sebentar. Sangga ingin memastikan kalau makan malam, malam ini adalah yang terbaik untuk Bara.

Tapi pantai, memang selalu bisa membawa kesedihan. Mengubah suasana menjadi kelabu dalam sepersekian detik. Bisa Sangga lihat, sesekali Bara mengusap matanya dengan punggung tangan.

Sangga mendekat, melingkarkan tangannya pada pinggang Bara. Tempat dimana seharusnya berada.








"Ada apa, hm?" Tanya Sangga.

Jangan nangis, aku mohon, aku merasa tidak berguna. Batinnya.

"Aku cuma tinggalin sebentar sudah ada yang buat kamu nangis?"

Bara cuma mendengus pelan, "aku kelilipan,"

"Yaudah, Sangga marahin pasirnya," ucap Sangga, belum sempat dia berlalu, Bara sudah menahan lengannya untuk tetap berada di pinggang. Menjaga Sangga agar tidak beranjak kemanapun.







"Sang,"

Bara berbalik, punggungnya bersandar pada pembatas pantai. Kayu yang ditancap dan dipasang di sepanjang bibir pantai. Dibentuk persis menyerupai pagar.

"Kalau kamu marahin pasirnya, bisa-bisa aku pingsan karena kelaparan," katanya, bibirnya mengerucut gemas setiap kali dia bicara.

"Loh masih lapar?" Tanya Sangga, nada bicaranya dibuat seolah dia terkejut.

Lagi-lagi, Sangga mengakui kalau bang Jan benar. Bara sangat menyenangkan untuk digoda.

"Sangga sudah suapin Bara terus tadi," kata Sangga sambil tersenyum jahil.

Mata Bara membesar, "yakan sambil..."

"Sambil apa?"

Bara justru memalingkan wajahnya. Sekalipun sisi wajahnya hanya disorot cahaya lembayung senja. Tetap Sangga bisa melihat semburat rona merah di pipinya.

"Sangga, nyebelin!" Sentak Bara sambil mendorong dada Sangga yang mendekat.

Sangga tertawa, Bara benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta berkali-kali.









"Sang,"

"Hm?"

Sesekali Sangga mengelus pucuk rambut Bara, dan memberi kecupan lembut disana.

"Jika bubu tau..."

Sangga tidak bisa mencegah pertanyaan Bara. Sejujurnya, pertanyaan itu jugalah yang berputar di otaknya.

Bara Bayu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang