بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Assalamu'alaikum, semua😇
Hai hai ... selamat datang kembali di lapak ini.
Gimana kabarnya nih?
Pada sehat, 'kan?Oh iya, keseluruhan alur kuubah sekitar 50% ya. Jadi, boleh banget nih yang pembaca lama baca ulang versi baru ini. Hehe
Jika ada kesalahan baik dalam kata atau penyampaian, mohon dimaafkan ya, dan bila ada kesamaan dalam nama tokoh, alur, scene, itu murni ketidak sengajaan.
Boleh minta vote dan komennya🤭
Makasihh🍁🍁
Santriwati dengan gamis berwarna navy itu memijit pelipisnya yang mendadak pening.
"Terus sekarang kita gimana, Kak? Kalau Dian nggak dateng juga, terus siapa yang nanti bakal shalawat?"
Desi. Ketua Tim marawis putri di Pesantren Al-Falah itu menghela nafas.
"Aku 'kan udah bilang waktu rapat kemarin, sebisa mungkin kalian selesaikan urusan masing-masing agar nanti pas acara kalian dalam keadaan siap. Ini pertama kalinya loh grup kita tampil di acara besar. Ini moment yang tepat buat buktikan ke semua orang kualitas tim marawis kita. Tapi, yang terjadi malah kaya gini."
Desi menyandarkan punggungnya ke sofa. Sebagai Ketua, dia merasa telah gagal dalam mengawasi Timnya sendiri. Dia merasa tak enak pada Nyai Rima. Wanita itu begitu mempercayakan acara kali ini lantunan shalawat dibawakan oleh Timnya.
"Kita udah berusaha larang Dian, tapi dia bilang itu cuma sebentar."
"Sebentar gimana? Udah dua jam dia pergi dan sampai sekarang belum kembali," sahut Desi. Nampak raut kecewa terpancar dari wajahnya.
Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum," sapa seorang santriwati yang memasuki ruangan tempat para anggota marawis itu berkumpul.
Desi menoleh padanya. Keningnya bertaut. Dia kenal gadis itu.
"Kenapa, Natasya?" tanya Desi pada santriwati tersebut.
"Maaf, Kak, tadi aku nggak sengaja dengar obrolan kalian. Kalau aku boleh kasih saran ... aku tahu siapa yang bakal gantikan Kak Dian untuk jadi vokalis."
Desi beranjak berdiri. "Kamu serius? Siapa, Sya?"
Natasya tersenyum. "Kayaknya langsung aku ajak dia kesini aja, deh! Sebentar ...!" Setelah berpamitan dengan semuanya, Natasya segera berlalu pergi. Gadis itu berjalan dengan tergesa menuju kamarnya.
"Jihan ...!" panggilnya memecah keheningan pada seorang gadis yang sedang fokus membaca buku tafsir.
Jihan menoleh sekilas. "Apa?"
Natasya tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Ikut aku, yuk!"
"Kemana?"
"Nanti aku jelasin. Ayo!" Tanpa memperdulikan raut kebingungan dari gadis itu, Natasya segera menarik tangan Jihan.
"Loh, kenapa malah kesini?" tanya Jihan heran ketika menyadari Natasya membawanya ke sebuah ruangan yang dia adalah tempat yang digunakan Tim marawis bersiap untuk tampil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️
General FictionSpin off ≈ Munajat Cinta Shafiya [Romance - sad - Spiritual] ____ Dibalik sikap menyebalkannya, Arka ternyata memiliki sisi hangat dan penyayang. Dia juga sangat lihai menguatkan dan memberi semangat pada orang-orang yang sedang bersedih. Salah satu...