بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
🍁🍁
Bunyi nada dering yang memekakkan telinga berhasil membuat tidur Jihan terusik. Tangannya mencoba meraih ponselnya yang di atas nakas samping tempat tidurnya kini, tapi tak sampai.
Jihan menoleh ke samping tepat dimana Arka yang masih tertidur pulas. Tangan lelaki itu melingkar sempurna di perutnya serta memeluknya erat. Itulah yang membuat Jihan kesulitan menjangkau ponselnya.
Berniat membangunkan, Jihan menepuk pelan pipi Arka. “Mas, bangun ...!”
Arka hanya menggeliat tanpa membuka matanya. Lelaki itu justru semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.
Jihan mengerucutkan bibir. Ditatapnya kembali ponselnya yang sudah berhenti berdering. Dia melempar pandangannya pada jam yang bertengger di tembok. Jarum panjangnya sudah menunjuk pada angka tiga sore. Setengah jam lagi adzan ashar.
“Mas, bangun! Bentar lagi Ashar loh,” panggil Jihan menepuk pelan kedua pipi lelaki itu.
“Nanti keburu adzan, ayo, Mas!” panggil Jihan lagi. Kali ini dia mengguncangkan lengan kokoh yang masih melingkar di perutnya itu, tapi sekali lagi tak berhasil.
Jihan menghela nafas panjang, lalu mengembungkan kedua pipinya. Seketika dia teringat kembali dengan apa yang dilakukan Arka padanya sekitar satu jam yang lalu.
Bagaimana suaminya itu hampir membuatnya jantungan saat tiba-tiba menjatuhkannya ke tempat tidur, dia kira mau apa ternyata hanya ingin memeluknya sambil tidur siang.
Memang tidak salah kalau Arka memeluknya. Toh, dia sudah jadi suaminya yang bebas memeluknya kapan pun dia mau. Tetapi, kalau tiba-tiba seperti tadi, Jihan tentu panik bukan main. Fikirannya sudah travelling kemana-mana. Bahkan, sudah mengira Arka akan meminta haknya detik itu juga.
Bukannya tidak mau, hanya saja Jihan ingin menyerahkan dirinya seutuhnya kepada suaminya tersebut setelah pernikahan mereka diresmikan secara hukum. Dan semoga saja, Arka pun berfikir demikian.
Lagipula, Jihan masih perlu beradaptasi. Jangankan memberi hak lelaki itu sepenuhnya atas dirinya, membuka hijab di depannya saja sampai saat ini masih belum Jihan lakukan. Dia masih malu.
Menghembuskan nafas pelan, Jihan menyudahi acara melamunnya dan kembali menatap Arka. Sebenarnya Arka itu tidur atau pingsan sih? Susah sekali dibangunkan!
Beberapa menit kemudian, senyum jahil di wajah Jihan terbit. Dia memiringkan tubuhnya menghadap pada Arka, lalu mengangkat tangannya menyentuh hidung mancung lelaki itu, kemudian ....
“Aww ...!” pekik Arka yang terlonjak bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menoleh ke samping. Pelaku yang telah mencubit hidungnya itu malah tergelak puas.
“Kamu, ya!”
Ketika Arka hendak menarik tangan Jihan, dengan cepat gadis itu bangkit dari kasur.
“Maaf ya, Suamiku. Aku nggak bermaksud menyakiti kamu, tapi sebentar lagi adzan Ashar. Kalau kata guru aku mah ....
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Yang artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS.2 [Al-Baqarah] :186)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️
Fiction généraleSpin off ≈ Munajat Cinta Shafiya [Romance - sad - Spiritual] ____ Dibalik sikap menyebalkannya, Arka ternyata memiliki sisi hangat dan penyayang. Dia juga sangat lihai menguatkan dan memberi semangat pada orang-orang yang sedang bersedih. Salah satu...