بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ🍁🍁
Mobil BMW F30 dengan warna putih itu memperhatikan gerak-gerik sepasang lawan jenis yang baru saja sampai di rumah megah berlantai dua di depannya sekarang.“Mereka betulan tinggal serumah?”
Tak lama kemudian, seorang wanita yang diperkirakan sudah mencapai 50 tahun-an membukakan pintu utama menyambut kedatangan sepasang lawan jenis itu. Lalu ketiganya bersama-sama masuk ke dalamnya tak lama dari itu.
“Sebenarnya dia itu Jihan atau bukan?” Arka mulai meragukan pemikirannya sendiri. Lelaki itu menghela nafasnya panjang.
Drt ...! Drtt ...!
Arka menoleh pada ponselnya yang bergetar di dashboard. Seketika dia menepuk keningnya saat baru teringat soal dirinya yang harus segera ke Bandara.
Karena ingin mengikuti gadis bernama Clarissa itu, setelah menunaikan shalat Ashar di salah satu Masjid tadi, Arka malah melupakan janjinya pada Rima untuk pulang cepat.
Arka mengusap wajahnya pelan, lalu ber-istighfar. Segera, lelaki itu menyalakan mesin mobilnya pulang ke rumah.
•••
“Gimana? Keren 'kan tadi akting aku?”
Clarissa memutar bola matanya malas. “Keren sih keren, tapi berlebihan banget! Masa ngaku aku istri segala? Kenapa nggak sekalian jujur aja kalau kita itu saudara sepupuan,” jawabnya.
Arfan terkekeh. “Aminin aja. Siapa tahu jadi kenyataan.”
Seketika Clarissa melotot. Dengan spontan perempuan itu menjewer telinga lelaki di depannya kini sampai membuatnya mengaduh.
“Masih kecil, Arfan! Lulus SMA aja baru kemarin, udah ngomong nikah-nikah segala. Belajar dulu yang bener!” omelnya.
“Iya-iya, cuma bercanda, kok. Lepas dong! Galak banget sih kaya Kakak tiri!” celetuk Arfan memasang wajah kesal. Namun, percayalah kekesalannya pada Clarissa tak akan berlangsung lama. Perasaan cinta pada gadis itu membuatnya tak bisa berlama-lama mendiamkan perempuan pemilik mata cokelat meneduhkan itu.
Clarissa melepaskan jewerannya. “Udah, ah! Aku mau mandi dulu, terus lanjut shalat Ashar.” Clarissa langsung melenggang pergi dari sana. Arfan yang melihat kepergiannya mengulas senyum tipisnya seraya menggeleng pelan.
Namun, senyumannya seketika memudar saat mengingat kejadian tadi. Kejadian saat seorang lelaki asing memeluk Clarissa dan mengaku sebagai suaminya. Dia juga memanggil perempuan itu dengan sebutan Jihan.
“Dia adalah Jihan, istri saya yang hilang karena jatuh di sungai setahun lalu!”
Arfan tertegun. Mungkinkah Clarissa adalah Jihan? Sepertinya Arfan harus mencari tahu yang sebenarnya.
•••
“Jihan masih hidup, Umi. Jihan masih hidup!”
Rima menghela nafasnya panjang. Perasaan kecewa kembali menyelimuti hatinya.
Arka belum sepenuhnya mengikhlaskan kepergian Jihan. Tadinya dia fikir, setelah rentetan nasihatnya kemarin, Arka betul-betul sudah menerima ketetapan takdir-Nya. Namun, ternyata tidak. Nasihat yang dia berikan kemarin masih sama seperti dulu. Hanya dianggap angin lalu oleh putranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️
Ficción GeneralSpin off ≈ Munajat Cinta Shafiya [Romance - sad - Spiritual] ____ Dibalik sikap menyebalkannya, Arka ternyata memiliki sisi hangat dan penyayang. Dia juga sangat lihai menguatkan dan memberi semangat pada orang-orang yang sedang bersedih. Salah satu...