Bagian 12 : Tiga hati yang retak

725 44 6
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🍁🍁

Beberapa menit sebelumnya ....

“Tumben banget Gus Arka nyuruh dia, bukan Sinta. Apa udah bosen? Huh ... Gus Arka aneh-aneh aja! Padahal kalau mau ngasih, ngasih aja kali. Pake acara titipin ke orang segala.”

“Gus Arka ngasih apa?”

Deg!

Natasya tertegun. Itu 'kan suara .... dengan cepat dia berbalik dan betapa terkejutnya ketika menangkap sosok Jihan berdiri tepat di belakangnya.

“Ji–han, sejak kapan kamu di sini?” Natasya berucap gugup. Sebisa mungkin dia mencoba bersikap normal.

Mata Jihan memicing. Gadis itu melangkah mendekat, lalu tatapannya tertuju pada paperbag di tangan Natasya.

“Jadi itu dari Gus Fatih? Buat siapa?” tanyanya.

Natasya menggaruk belakang tengkuknya. Bagaimana ini?

“Tunggu! Model paperbag itu ... kok sama persis sama yang biasa kamu kasih itu, Sya?” Jihan bertaut bingung. Detik berikutnya, dia terbelalak saat menyadari sesuatu.

“Jadi, yang selama ini ngasih makanan dan barang lainnya itu ... Gus Fatih?” tebak Jihan tepat sasaran.

Natasya menelan ludahnya. Kalau sudah begini, rasanya dia sudah tak bisa mengelak lagi.

“Sya, jawab aku dong! Bener yang selama ini ngasih makanan dan lainnya itu dari Gus Fatih?” tanya Jihan kembali.

Natasya menghela nafas panjang. Detik berikutnya, dia mengangguk pelan.

“Iya. Selama ini ... Gus Arka yang selalu ngasih makanan dan hadiah lainnya.” Akhirnya Natasya berucap jujur.

Jihan tertegun. Raut shock nampak jelas di wajahnya. Ternyata yang selama ini diam-diam memperhatikannya adalah Arka.

“Han, kamu nggak marah, 'kan? Han, please, jangan marah ...! Aku takut dimarahin Gus Arka kalau ngasih tahu kamu. Maafin aku ya?”

Jihan terdiam. Sama sekali tak menyangka kalau Arkalah yang selama ini peduli padanya. Namun, dia pun tak menampik tersirat perasaan senang membuncah dalam dadanya. Apa ini artinya perasaannya terbalaskan?

“Han, please, jangan marah ...!” Natasya memegangi kedua tangan Jihan. Dia tak mau Jihan mendiamkannya.

Jihan menoleh. Matanya memicing tajam. “Kamu tega banget biarin aku penasaran sendiri.”

Natasya terkekeh. “Ya, habis gimana? Gus Arka ngasihnya privasi banget! Kayaknya dia takut deh kalau orang-orang tahu kalau dia diam-diam perhati'in kamu,” sahutnya.

“Tunggu! Kok wajah kamu jadi merah gini sih?” tanya Natasya kemudian. Tak lama kemudian, senyumnya terbit.

“Jangan-jangan kamu juga suka sama Gus Arka?”

Jihan terbelalak. Spontan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

“Ya ampun, Jihan. Nggak usah ditutupin gitu! Nggak papa kali kalau kamu suka sama Gus Arka, itu artinya ... cinta Gus Arka sama kamu nggak bertepuk sebelah tangan.”

“Kamu yakin dia suka sama aku? Mungkin aja dia cuma peduli sesama santri aja.”

“Nggak mungkin! Eh, gimana kalau kita buka kadonya? Aku penasaran tahu,” celetuk Natasya lagi.

Jihan tertegun. “Paling makanan lagi.”

“Kayaknya bukan.”

Jihan dan Natasya sama-sama duduk di tepi ranjang untuk membuka kado tersebut. Seketika keduanya tertegun dan saling menatap ketika melihat isi dari kado itu tak lain adalah sebuah kalung.

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang