Bagian 15 : Jeratan zina

766 47 6
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

||


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

🍁🍁

Nah, mulai di part ini sampai beberapa part ke depan, aku ubah hampir 90% dari yang awal, semoga kalian suka dan semoga nggak bingung dengan alur barunya😊

||

Empat tahun kemudian ....


“Jadi, kamu mau ngomong apa?” tanya seorang lelaki berjaket coklat kepada gadis di depannya kini.

Alih-alih menjawab, gadis itu justru menunduk sambil memilin jari jemarinya.

“Jihan ...!” tegurnya sekali lagi. “Sebenarnya kamu mau ngomong apa sih, Sayang?”

Jihan menghela nafas singkat. “Alvin, aku ....” Matanya terpejam sejenak. Ada keraguan dalam dirinya untuk berucap, tetapi dia juga tak bisa membiarkan semua ini berlangsung lebih lama lagi.

“Kamu ngerasa nggak sih kalau yang kita lakuin ini salah?” tanyanya.

“Salah?” Kening Alvin bertaut. “Salahnya dimana?” tanyanya.

Jihan menghela nafas. “Karena kita pacaran. Kamu tahu 'kan kalau dalam islam, pacaran itu jelas dilarang? Pacaran itu udah termasuk mendekati zina dan zina itu termasuk dosa besar.”

Alvin mangguk-mangguk. “Iya, aku tahu. Tapi 'kan kita pacaran islami, Han. Kita nggak pernah melakukan interaksi di luar batas, kita juga nggak pernah sentuhan fisik. Jadi, dosanya dimana?” Dengan santainya Alvin berucap demikian, seolah yang dikatakannya tanpa beban sama sekali.

Jihan terhenyak. Sama sekali tak menduga respon Alvin akan setenang itu.

“Lagipula, sebentar lagi aku lulus, Han. Lalu setelah itu, aku bakal lamar kamu.”

Jihan menggeleng. Dia tak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Dia tidak mencintai lelaki itu.

“Vin, aku bener-bener nggak bisa lanjutin hubungan kita. Aku mau kita udahin semuanya, aku mau ... kita putus,” ungkapnya.

Sepasang mata Alvin terbelalak. Bahunya tegak seketika.

“Putus?” Alvin menggeleng pelan. Dia tak percaya kalimat itu akan keluar dari gadis yang bersamanya selama tiga mingguan ini.

“Kenapa, Han?” tanya Alvin kembali.

“Karena hubungan kita salah. Salah besar!” tegas Jihan.

Alvin berdecak sekali. “Salahnya dimana sih? Semua yang kamu mau udah aku turutin, aku nggak pernah sekalipun pegang kamu, aku nggak pernah ngajak kamu pergi pake motor, terus dosanya dimana, Han?”

“Zina mata, zina pandangan, zina fikiran?” tanya balik Jihan menatap nanar lelaki itu. “Semua itu kita lakuin setiap hari,” lanjutnya.

Alvin berdecak. “Cuma itu doang, 'kan?”

Jihan tersenyum kecut. “Justru yang kita anggap kecil, mungkin itu sebenarnya termasuk dosa besar, Vin,” balasnya.

Gadis itu menghela nafasnya panjang. “Aku udah cape terus-terusan mikirin hubungan ini. Aku coba cari pembenaran, tapi mau dicari sampai ke ujung dunia pun nggak akan ada yang namanya pacaran islami sebelum pernikahan. Kita salah! Bahkan, dengan aku bilang ‘aku mau jadi pacar kamu’ itu udah salah!”

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang