Bagian 08 : Cemburu dan rasa bimbang

979 48 1
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🍁🍁

"Kamu itu masih belum pulih benar loh, Han. Mending kamu istirahat aja!" ujar Desi ketika Jihan tetap memaksakan diri ikut shalawatan bersama mereka. Ya, setelah beberapa hari berfikir, akhirnya Jihan menyetujui tawaran dari Desi untuk ikut bergabung bersama Tim Marawis mereka.

Jihan tersenyum tipis. "Aku udah baik-baik aja, Kak. Tenang aja."

"Yasudah. Tapi, kalau kamu masih ngerasa pusing atau lemas jangan paksain ya?" saran Desi.

Jihan mengangguk. Tak lama kemudian, mereka kembali memulai shalawatnya.

"Kak, kayaknya udah lama ya aku nggak lihat Kak Dian? Dia kemana ya?" tanya Jihan setelah mereka menyelesaikan latihannya.

Desi tertegun. Pun dengan beberapa anggota lainnya yang saling menatap.

"Aduh, aku lupa belum setor hafalan sama Ustadzah, kamu juga kan?"

"Iya, aku juga."

"Kak, latihannya udahan dulu ya." Tiba-tiba anggota marawis itu berpamitan pergi.

Desi mengangguk. Sedangkan Jihan mengerutkan keningnya.

"Kak,-"

"Jihan, sebaiknya kamu juga kembali ke kamar ya?"

Baru saja Jihan akan menanyakan kepada Desi perihal yang sama, wanita itu juga ikut-ikutan pergi.

Jihan mendengus dan melangkah pergi dari ruangan itu, lalu menuju kamarnya.

"Kok semuanya pada aneh sih?" gumamnya.

"Aneh kenapa, Han?" sahut Natasya.

Jihan menoleh. "Sya, kamu ngerasa nggak sih akhir-akhir ini Kak Dian udah nggak pernah kelihatan lagi?" tanyanya.

Natasya terdiam. Dia menghentikan aktivitas menggunting kukunya. "Mungkin udah pulang kali."

"Pulang? Masa sih?" Kening Jihan bertaut bingung. Gadis itu mengambil salah satu bantal di sampingnya. "Tanggung banget bentar lagi lulus."

"Ya nggak tahulah, Han. Kabar yang aku denger sih, pas kamu masih di Rumah Sakit itu, Gus Arka ngadain pertemuan gitu sama anggota Marawis sama Ustadzah Farah, Ustadz Yusuf dan Bu Nyai. Nah, Dian juga katanya diundang. Katanya juga itu buat acara kelulusan dua bulan lagi, tapi ... setelah hari itu aku juga udah nggak lihat dia lagi di Pesantren ini."

Jihan tertegun. "Gus Fatih nemuin Kak Dian?" ulangnya.

Natasya mengangguk.

Jihan seketika tertegun. Teringat kembali perkataan lelaki itu saat di Rumah Sakit kalau dirinya akan mencari tahu pelaku yang sudah mengurungnya. Jangan-jangan Arka ....

"Eh, Jihan, mau kemana?" tanya Natasya yang melihat Jihan keluar.


•••


Jihan menghentikan langkahnya saat sudah di dekat asrama putra.

Keraguan tiba-tiba menghampirinya. Yang benar saja dia menghampiri lelaki itu duluan! Apa tidak akan menimbulkan salah paham lagi nantinya?

Ya, Natasya sudah memberitahu kalau insiden dia pingsan serta Arka yang menemukannya dan juga mengantarnya ke Rumah Sakit sempat jadi topik terhangat se-antero Pesantren. Bahkan, ada gosip yang menyebar kalau dirinya dan lelaki itu memiliki hubungan yang tak biasa. Aneh-aneh saja!

Sekarang, jika Jihan tetap nekad menemui lelaki itu secara langsung, pasti akan memicu kehebohan lain.

"Terus gimana aku bisa masti'innya?" Jihan menarik nafas kasar.

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang