Bagian 14 : Berpisah, tapi tak terpisahkan

775 48 6
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

||

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ
فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
Maka sesungguhnya Surgalah tempat tinggal(nya)."

-QS. An-Naziat : 40-41-

🍁🍁

"Bisa lebih cepet nggak?" tanya Andra kepada Jihan yang masih belum selesai juga mengemasi tasnya.

Jihan cemberut. "Sabar atuh!"

"Assalamu'alaikum ...." Rima memasuki kamar yang ditempati Jihan.

"Wa'alaikumussalam," jawab Jihan dan Andra serempak.

"Loh, Bu Nyai?" Jihan agak terkejut dengan kehadiran wanita itu ke kamarnya. Padahal, Natasya bilang Rima tadi keluar Pesantren.

Rima tersenyum dan melangkah mendekati Jihan.

Seketika Jihan membeku karena Rima yang langsung memeluknya.

"Maafin Arka ya, Nak," ujar Rima di sela pelukan itu yang membuat Jihan tertegun.

"Arka udah cerita semuanya. Ibu sangat menyesal. Seandainya Ibu tahu dari awal apa yang dilakukan Arka, Ibu pasti akan larang dia," lanjutnya lalu melepas pelukan.

Jihan tersenyum tipis. "Bu Nyai jangan merasa bersalah gitu. Insyaa Allah aku sudah mengikhlaskan semuanya," sahutnya.

Andra yang melihat pemandangan itu dari samping pintu menghela nafas panjang.

•••


"Udah, kamu tunggu aja di sini, nggak usah turun! Biar Kakak aja yang temuin dia." Andra sudah membuka sealtbeat-nya dan bersiap turun, tetapi Jihan menahan tangannya.

"Aku aja, Kak. Kakak yang tunggu di sini," ucapnya. Bisa bahaya kalau Jihan membiarkan Andra kembali menemui Arka.

Kemarin saja, Kakaknya itu main langsung menghajar Arka. Kalau hari ini dibiarkan bertemu lagi, bukannya memberi hadiah, yang ada Andra akan mengajak Arka baku hantam nanti.

"Tapi-"

"Kak, please!" sela Jihan cepat. "Kakak nggak percaya aku bisa ngatasinnya sendiri?"

Andra menghela nafas panjang. "Yaudah, tapi jangan lama-lama!" peringatnya.

"Iya." Jihan pun bergegas turun dari mobil Kakaknya tersebut dan berjalan menuju taman belakang Pesantren. Rima berkata putranya sedang di sana.

Jihan mengenggam telapak tangannya yang berkeringat. Langkahnya sungguh terasa berat untuk menghampiri laki-laki yang sedang berdiri membelakanginya tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Dia sangat gugup! Apalagi, mengingat kejadian kemarin yang secara gamblang perasaannya kepada lelaki itu sudah dibocorkan sang Kakak.

'Ya Allah, bantu aku ....'

Jihan menarik nafas dalam dan dengan bermodalkan tekad, gadis itu melangkah mendekat.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Arka membalas salam Jihan tanpa menoleh. Tatapannya masih fokus ke depan.

Jihan meletakkan sebuah paperbag ukuran tanggung di bangku putih di sana.

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang