Bagian 22 : Jebakan

724 37 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Dan janganlah salah seorang dari kalian berduaan dengan wanita yang bukan mahram-nya. Karena sesungguhnya syaitan menjadi yang ketiga di antara mereka.”

(HR. Ahmad)

🍁🍁


“Terima kasih banyak sudah mengantarkan kami kesini,” ujar Arka kepada seorang warga yang tinggal di desa yang dia tempati kini. Niat hati selesai seminar tadi pagi langsung pulang, ada masalah dalam penerbangannya yang mengakibatkan penerbangan pesawat mereka diundur.

Pria itu mengangguk, lalu berpamitan pergi.

“Ayo!” ajak Arka kepada Dani yang masih sibuk melihat sekitar. Akhirnya, setelah berjam-jam mencari, mereka menemukan juga Mushola untuk keduanya membersihkan diri akibat terkena cipratan lumpur.

Dani mempersilahkan Arka untuk duluan, baru setelahnya dia menyusul. Namun, tatapannya tanpa sengaja tertuju pada sebuah sepeda yang parkir di samping Mushola.
Dani tersenyum kecil. Dia jadi teringat ketika dirinya kecil dulu.

Lelaki itu menggeleng pelan, lalu ikut masuk menyusul Arka.

Di sisi lain, seorang gadis baru saja keluar dari toilet wanita dan berniat untuk segera pulang. Sudah setengah jam lebih dia pergi, Anton dan Uwak-Uwaknya pasti akan khawatir nanti.

Arka sudah selesai membersihkan pakaiannya dan lebih dulu melangkah keluar. Seketika dia tertegun saat tatapannya menangkap seorang gadis dengan jaket toska yang kini sedang menaiki sepedanya, kemudian melaju pergi.

Jihan? Dia juga di sini?

Astaghfirullah .... Dengan cepat Arka menggeleng. Dia pasti salah lihat. Ini pasti efek dari kekhawatirannya pada gadis itu. Jihan tidak mungkin di sini!

Arka mengusap wajahnya kasar. Begitu mudahnya setan menghasut ke dalam fikiran manusia. Ini tidak bisa dibiarkan. Lama-lama dia bisa terjerumus ke dalam jurang dosa. Sebelum terlambat, Arka harus mencari cara untuk menghentikannya. Harus! Yang pertama yang harus dia lakukan saat ini adalah pulang ke Jakarta.

Tepat pukul empat sore Arka dan Dani sampai di Bandara bersiap pulang. Mereka sudah melakukan chek-in via online dan tinggal boarding, lalu setelah itu duduk di bangku yang dekat dengan gate keberangkatan.

Sambil menunggu pesawat mereka, Arka berniat mengabari uminya terlebih dulu soal kepulangannya kini. Namun, masalah terjadi. Arka kaget ketika menyadari ponselnya tak ada di sakunya. Lelaki itu beralih mencarinya di tas kecil, barang kali dia simpan di sana tapi tidak ada.

Astaghfirullahal adzim ....

Dani yang tak sengaja melihat gelagat aneh Arka sontak mengerutkan kening. “Kenapa, Ka?” tanyanya.

Handphone-ku kayaknya ketinggalan, Dan,” jawab Arka.

Mata Dani membola. “Kok bisa sih?” Dani juga jadi ikutan panik. “Terus gimana sekarang?”

Arka melirik arloji di pergelangan kirinya. “Masih keburu kalau aku ambil dulu.”

“Yakin? Pesawat kita setengah jam-an lagi berangkat, Ka,” sahut Dani menatap gusar Arka di sampingnya.

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang