Bagian 04 : Mama ....

903 59 13
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🍁🍁

Seorang wanita yang diperkirakan berusia 40-an memasuki Pesantren Al-Falah. Penampilannya yang tidak memakai hijab membuatnya langsung menjadi pusat perhatian. Terlebih ketika dia menanyakan perihal pimpinan Pesantren.

“Mari saya antarkan!” ujar seorang Santriwati kepada wanita itu.

Santriwati tersebut mengantarkannya menuju ruangan dimana Rima, Arka dan beberapa Ustadz dan Ustadzah Pesantren ini sedang berdiskusi.

Melihat wanita itu memasuki ruangan, sontak Arka dan beberapa Ustadz langsung menunduk.

“Beliau berkata ingin menemui pimpinan Pesantren ini, Bu Nyai,” ujar Santriwati yang mengantarkan tadi kepada Rima.

Merasa tugasnya sudah selesai, dia pun langsung berpamitan pergi.

Arka dan para Ustadz di sana juga minta izin untuk pergi. Tinggallah di ruangan itu hanya Rima, wanita itu dan beberapa Ustadzah yang menemani.

“Saya minta maaf jika saya berpakaian tidak sopan.” Sepertinya wanita itu menyadari kalau dirinya menjadi pusat perhatian karena penampilannya ini.

Rima dan beberapa Ustadzah saling menoleh.

“Mohon maaf, Bu. Kalau boleh kami tahu ada perlu apa Ibu datang kemari?” tanya Ustadzah Farah.

Wanita itu menarik nafasnya sejenak. “Perkenalkan ... saya Diana. Saya adalah Mamanya Jihan, dan tujuan saya kesini adalah untuk menemuinya.”

Rima tertegun.


•••


“Jihan ...!”

Jihan yang sedang membaca buku di taman menoleh. “Ada apa?” tanyanya pada Santriwati itu.

“Dipanggil sama Bu Nyai ke tempatnya.”

Kening Jihan mengerut. “Dipanggil Bu Nyai? Ada apa?” tanyanya heran. Seingatnya, dia tidak melakukan kesalahan apapun.

Santriwati itu mengangkat kedua bahunya.

“Kalau gitu aku duluan ya, Han. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam.” Jihan menutup buku catatannya itu, kemudian beranjak bangun.

Sebelum menemui Rima, Jihan menyimpan terlebih dulu buku itu ke kamarnya.

“Mau kemana, Han?” tanya Natasya ketika melihat Jihan yang sudah mau pergi lagi. Padahal, sebentar lagi adzan Ashar.

“Aku mau nemuin Bu Nyai dulu, Sya. Katanya aku disuruh ke tempatnya.”

“Lah, mau ngapain?” tanya Natasya heran sekaligus sedikit terkejut.

Jihan menggeleng, dia juga tak tahu apa alasannya.

“Yaudah, aku nemuin Bu Nyai dulu, ya?”

“Iya,” sahut Natasya. Setelahnya, gadis itu kembali pada kegiatannya.


•••


“Sebenarnya ada apa ya? Nggak biasanya Bu Nyai manggil aku.”

Jihan tertegun. Langkahnya seketika terhenti. “Apa mungkin ini ada kaitannya sama kejadian pas aku nuduh anaknya yang bukan-bukan?”

Seketika Jihan membekap mulutnya. Apa lelaki itu sudah mengatakan soal insiden salah paham itu kepada Ibunya? Sepertinya iya, jika bukan itu lantas apa lagi alasan yang membuat Nyai di Pesantrennya ini memanggilnya?

Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang