بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ🍁🍁
Alin menatap Jihan dengan tatapan terkejut ketika gadis itu berkata sudah menerima lamaran Damar dan besok keluarga Damar akan datang ke rumahnya untuk melanjutkan diskusi soal segala persiapan pernikahan mereka.
"Kamu serius, Han? Apa kamu udah yakin sama keputusan kamu itu? Emang kamu cinta sama dia?" tanyanya.
Jihan menarik nafas panjang. "Aku akan belajar mencintai Mas Damar mulai hari ini."
Kening Alin bertaut dalam. Secepat itukah Jihan merubah panggilannya kepada Damar yang tadinya 'kak' menjadi 'Mas', mengikuti arahan Papanya.
"Kamu udah shalat istikharah, 'kan?" tanya Sandra.
Jihan mengangguk.
"Terus ini jawabannya?" tanya Alin kemudian.
Jihan terdiam beberapa saat. Lima detik setelahnya, gadis itu tersenyum.
"Bismillah, aku yakin ini jalan terbaik."
Alin menghela nafas. "Han, jangan lupa kalau setelah menikah letak Surga seorang istri itu berpindah pada suami. Kamu berkewajiban patuh dan taat melebihi kepada orang tuamu sendiri. Pertanyaannya, apa bisa kamu patuh total kalau dari awal kamu menerima dia karena keterpaksaan?" tanyanya.
Alin kembali meminta Jihan untuk memikirkannya kembali keputusannya.
Bukannya apa-apa, dan bukan dia ingin menghalangi Jihan untuk melakukan sunnah Rasulullah yaitu menikah, hanya saja ... Alin tahu Jihan sama sekali tidak mencintai lelaki itu. Dia khawatir Jihan melakukannya karena terpaksa di bawah tuntutan harus menuruti kemauan Papanya.
"Aku memang tidak menyarankan kamu untuk langsung menolak, tapi ... benar yang dibilang Alin. Jihan, pernikahan itu adalah ibadah seumur hidup. Jangan putuskan sesuatu hanya karena kamu merasa nggak enak sama dia," sambung Sandra.
Jihan bungkam. Ini untuk kebaikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.
Damar adalah lelaki sholeh dan dia yakin kelak lelaki itu akan mampu membimbingnya menuju Surga.
Menurut nasihat dari beberapa Ustadz yang akhir-akhir ini dia tonton kajiannya, akan menimbulkan fitnah jika tidak diterima.
Masalah cinta atau tidak, itu urusan belakangan.
Bukan hal yang tidak mungkin kalau perasaan itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Jihan yakin itu!
Jihan menatap Sandra dan Alin bergantian. Dia tahu kedua temannya itu takut dan mengkhawatirkan dirinya salah langkah. Jihan amat bersyukur memiliki teman-teman yang menyayanginya.
"Aku ngerti kecemasan kalian, terima kasih banyak ... tapi keputusanku udah bulat. Aku akan menerima lamaran Mas Damar. Aku yakin memang dia yang sudah tertulis di lauhul mahfudz untuk menjadi jodoh aku," ujar Jihan disertai senyuman dan mengenggam kedua tangan gadis itu.
Sandra balik mengenggam tangan Jihan. "Semoga keputusan kamu ini memang yang terbaik, kita sebagai teman akan dukung kamu."
Jihan tersenyum. "Makasih banyak, San." Tatapannya lalu beralih pada Alin.
"Lin ...."
Alin menoleh. Dia pun ikut tersenyum. "Aku hargai keputusan kamu. Semoga Allah memberi kamu pasangan terbaik."
Jihan tersenyum. "Makasih banyak, Lin," ucapnya. Jihan ingin pernikahannya ini direstui oleh orang-orang yang dia sayangi.
Alin pun memaksakan senyumnya. Seandainya dia diberi kebebasan untuk memberi tahu pada Jihan semuanya. Soal dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️
Ficción GeneralSpin off ≈ Munajat Cinta Shafiya [Romance - sad - Spiritual] ____ Dibalik sikap menyebalkannya, Arka ternyata memiliki sisi hangat dan penyayang. Dia juga sangat lihai menguatkan dan memberi semangat pada orang-orang yang sedang bersedih. Salah satu...