بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
🍁🍁
“Nak, kursi ini udah nggak kepake, kayaknya sudah waktunya disimpan. Kamu simpan di gudang yang di belakang Pesantren itu, ya?” titah Rima.
Arka mengangguk. Dia membawa kursi itu dan berjalan menuju kesana.
“Gus ...! Gus ...!”
Arka tertegun dan spontan menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan keningnya spontan mengerut melihat Dani berlari menghampirinya.
“Gus ...!” Nafas Dani terengah-engah ketika berada di hadapan Arka. “Ada berita gawat!”
“Gawat apa?”
“Jihan ... Jihan hilang!”
Arka spontan terbelalak dan mengucap istighfar. Lelaki itu tak sengaja menjatuhkan kursinya dan tepat mengenai kaki Dani.
“Astaghfirullah, Dan. Maaf, aku nggak sengaja.”
Dani sempat merengut. Tetapi, itu bukan masalah penting.
“Hilang gimana maksudnya?” tanya Arka bingung. Bukannya tadi Isya dia sempat melihat gadis itu ke Masjid dan mengikuti kajian.
“Aku juga nggak tahu. Aku tahu dari teman kamarnya, katanya Jihan ‘kan pamit ke kamar duluan pas kamu ngisi kajian tadi karena sakit, tapi pas dicek ke kamarnya malah nggak ada. Sekarang bagian keamanan sama beberapa Santriwati lagi nyari dia,” jelas Dani.
“Ya Allah, Jihan kemana ya? Aku khawatir banget! Apalagi, pas temennya bilang saat itu Jihan demam tinggi.”
Arka terdiam, ikut memikirkan. “Kita juga bantu cari dia, Dan. Tapi aku mau nyimpen kursi ini ke gudang, kamu tunggu di sini aja.”
Dani mengangguk. Arka mengambil kursi tersebut dan melangkah cepat ke arah gudang di belakang Pesantren.
Sesampainya di sana, Arka mencoba membuka pintu itu tetapi ternyata dikunci. Lelaki itu merogok sakunya dan mengambil kunci cadangan yang diberikan Uminya.
Sebetulnya, ruangan itu tidak bisa dikategorikan gudang karena ruangannya bersih terawat. Barang-barang tak terpakai yang disimpan di sanapun semuanya tertata rapih. Kekurangan dari ruangan itu adalah dari jendelanya yang belum sempat diperbaiki.
Sehingga ruangan itu menjadi cepat membuat pengap dikarenakan kurangnya ventilasi udara yang masuk. Siapapun yang berada di ruangan itu lebih dari satu jam, mungkin akan jatuh pingsan atau—
“Astaghfirullah ...!” Arka spontan tertegun saat netranya menangkap seseorang tergeletak di sana. Betapa terkejutnya Arka saat melihat dengan jelas gadis itu adalah ....
“Jihan ...!”
•••
Berita Jihan ditemukan di gudang menjadi topik hangat di Pesantren. Pasalnya, hal yang membuat berita itu cepat menyebar ketika beberapa santri melihat Arka yang mengantar Jihan ke Rumah Sakit bersama Natasya dan Ustadzah Farah.Beragam komentar pun mulai bermunculan. Ada yang berpendapat itu biasa dan Arka bereaksi seperti itu murni karena kemanusiaan. Tetapi, ada juga yang berpendapat Arka dan Jihan memiliki hubungan tak biasa.
Masalahnya, selama ini Arka tak pernah terlihat dekat dengan Santriwati manapun selain sekedar sapa pertanda sopan jika tak sengaja berpapasan. Kalaupun ada, itu hanya berlaku untuk anggota keluarga terdekatnya saja. Seperti Rima dan Kakak perempuannya. Mereka menganggap kalau reaksi Arka kepada Jihan terlihat berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Fatih [END] TERBIT✔️
General FictionSpin off ≈ Munajat Cinta Shafiya [Romance - sad - Spiritual] ____ Dibalik sikap menyebalkannya, Arka ternyata memiliki sisi hangat dan penyayang. Dia juga sangat lihai menguatkan dan memberi semangat pada orang-orang yang sedang bersedih. Salah satu...