Chapter 5

172 7 2
                                    

Bismillah, Assalamualaikum...
Sudah baca part sebelumnya, ya?
Syukron karena sudah sampai dibab ini. Jangan lupa ikuti akun ini yah ...

Selamat membaca ...

°°°°°


Tubuh Melodi sangat nyaman diatas kasur yang sedikit empuk, tapi pikirannya malah tak enak. Sedari tadi ia terus memikirkan dua pria yang sudah ia temui dalam satu hari ini.

Sebenarnya Melodi masih bingun karena belum pasti bahwa dirinya bertemu dengan ustadz Raihan yang terkenal itu. Melodi mengubah posisinya menjadi tengkurap, tangannya ia rentangkan kesamping begitupun dengan kakinya yang melebar.

"Jadi kangen sama, Rian ...." lirihnya.

Mengingat Rian, gadis itu menutup matanya. Ia kembali mengenang saat-saat kebersamaannya dengan pria itu. Dapat terlihat senyum kecil nan manis di wajah Melodi, dia benar-benar memikirkan Rian.

"Astaghfirullah!!"

Melodi sedikit meringis ketika seseorang memukul bokongnya. Matanya terbuka bersamaan dengan kepalanya terangkat kemudian menatap sang pelaku.

"Gak baik tidur tengkurap," ucap Liani.

Melodi mengatur napasnya, tubuhnya bergerak untuk bangun agar menyamai Liani yang tengah duduk disampingnya.

"Pakai kerudungmu. Ikut aku menemui ustadzah Zahra!" kata Liani.

Tak ada penolakan ataupun bantahan dari Melodi, ia mengambil kerudungnya kemudian menyusul Liani yang sudah menunggunya didepan.

Namun belum sempat dia memijakkan kaki diambang pintu. Liani kembali memasuki kamar dan menahannya untuk tidak keluar. Tentu saja hal itu membuat Melodi bingun.

"Kita gak boleh keluar dulu. Ada santri putra sedang memperbaiki kerang kamar mandi."

Mendengar hal itu, kepala Melodi seketika memanjang keatas. Kamar mandi dengan kamar asramanya tak jauh jaraknya, memakan beberapa langkah saja sudah bisa sampai ketempat itu.

Karena Liani yang terus menahan dirinya, Melodi dengan sigap melepaskan diri. Gadis itu berlari keluar dan alangkah terkejutnya dia saat menatap dua laki-laki yang sangat menawan.

"Jika berlama-lama ditempat ini, aku pasti sering cuci mata."

"OH MY GOOD! GANTENG BANGET YA TUHAN!!"

°°°°°

Suara tawa yang terdengar jelas membuat seorang pria yang baru saja mengemasi barangnya langsung menoleh. Entah apa yang mereka tertawakan, tapi sepertinya sesuatu menyenangkan.

Baju panjang berwarna putih tanpa motif tergelatak dilantai membuat atensi salah satu dari mereka disana terfokus.

"Ini bajuku. Kamu mau membuangnya lagi?"

Baju itu ia peluk erat, menandakan bahwa pakaian tersebut adalah kesayangannya.

"Tidak akan kubuang, tapi memberikannya pada orang lain," ucap pria bernama King.

"Tidak boleh!" Pria yang disapa Raden beranjak menghampiri lemarinya. Dimasukkan baju kesayangan itu setelah ia lipat rapih kembali. "Ini baju kesayanganku," ucapnya.

Raden kembali bergabung dengan kedua temannya. Ia duduk mengambil salah satu buku di laci.

"Ngomong-ngomong, jam berapa Mirza datang?"

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang