Chapter 14

108 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!
°°°°°°°

Persiapan demi persiapan dilakukan seluruh santri dan santriwati hari ini. Perpulangan setiap tiga bulan sekali akan berlangsung, dimana para santri akan pulang kerumahnya untuk berlibur selama dua hari.

Raihan membuat aturan baru di ponpes tersebut atas saran dari Nafisha, Mirza, dan beberapa pengurus lainnya. Ini agar semua santri bisa merehatkan otaknya sejenak karena setiap hari mereka dihadapkan oleh hafalan-hafalan dan pembelajaran yang lain.

Tetapi jika ada sebagian santri yang menolak untuk perpulangan tersebut juga tidak apa-apa.

"Mel, barangmu sudah siap?" tanya Liani menghampiri gadis itu.

"Yaps! Tinggal nunggu jemputan."

Liani mengambil tempat agar duduk berseblahan dengan Melodi. Tampak ada dua paper bag besar dan ransel sedang dihadapannya. Hanya libur dua hari tidak perlu membawa barang sebanyak ini, kan?

"Sebenarnya aku gak mau pulang ...." Lirihan tersebut membuat kepala Melodi menoleh.

"Kenapa?" tanyanya.

"Orang tuaku pasti mendesak agar aku segera memberi jawaban untuk perjodohan itu," ujar Liani.

Melodi kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Bibirnya sedikit melengkung seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Ah, benar juga. Melodi lupa memenuhi janjinya untuk membantu Liani membatalkan perjodohan itu.

"Aku harus gimana?" tanya Liani pada dirinya sendiri.

Lama berpikir dan merenung di tempatnya, Melodi sampai tak sadar bahwa kedua orang tuanya telah tiba di pesantren. Mengetahui kedatangan mereka dari Raini, gadis itu langsung keluar tanpa membawa salah satu barang bawaannya.

"MAMA. PAPAH!"

Berlari kencang untuk memeluk kedua orang yang sangat berjasa itu, Melodi terharu. Rupanya begini rasanya melepas rindu selama hampir sebulan. Jangan salahkan kerinduan itu pada Melodi, selama ini dia menjalani kehidupan sebagai anak bungsu yang dimanja.

Seperti tidak puas untuk melepas kerinduan tersebut, kedua tangan yang dia lingkarkan di leher kedua orang tuanya semakin erat. Bahkan kaki Melodi kini tak menginjak tanah karena diangkat oleh Darren.

Gadis kecil penuh kasih sayang dari orang tua itu sangat menggemaskan bagi mata memandang. Termasuk Mirza sendiri. Yah, pria itu melihat Melodi bermanja kepada kedua orang tuanya dan itulah membuat senyum Mirza lagi-lagi muncul.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang