Chapter 23

169 4 0
                                    


Assalamualaikum!

Assalamualaikum!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



°°°°°°
"Mel, kamu kok ada di sini?"

Gadis itu berbalik dan menoleh. Seperti ketahuan mencuri di tempat itu, Melodi menyembunyikan sesuatu dibelakangnya.

"Aku mau ambil beberapa barang aku, kak!" ucapnya.

Dari banyaknya santri disana, kenapa harus Zira yang menemukannya berada di pesantren. Dia pikir Liani atau Raini yang tadi datang, ternyata wanita itu.

Sebenarnya Zira melihat seseorang berjalan seperti menyelinap masuk kedalam asrama. Karena penasaran dan tidak ada ada hal yang buruk, wanita itu mengikutinya. Sampai saat melihat pintu kamar yang tak tertutup rapat, Zira langsung masuk kedalam.

Perasaannya lega ketika mengetahui orang yang mencurigakan itu ternyata Melodi.

"Maaf, ya. Ku pikir tadi pencuri!" sanggah Zira.

Hanya berdua di dalam kamar itu Melodi lebih memilih membuka lemarinya. Beberapa baju kesayangannya di masukkan ke dalam tas. Zira tidak mengatakan apapun, dia seperti seorang kakak yang mengawasi adiknya sekarang.

Dari awal pertemuan, Melodi memang jarang berbicara padanya. Mungkin karena belum saling mengenal, komunikasi antara keduanya tidak terlalu nyambung. Tapi jika boleh jujur, Zira sangat ingin berteman dengan Melodi. Makanya akhir-akhir ini dia mendekatkan diri.

Respon Melodi kepadanya sampai sekarang tidak ada yang berubah, Zira jadi berpikir apakah ia tidak layak menjadi seorang teman? Jika alasan Melodi tak pernah merespon lebih kepadanya karena Mirza, apa yang harus dia lakukan?

Bohong jika Melodi tidak mendengar ucapannya kala itu. Tentang Zaidan adalah anak kandung Mirza sebuah fakta mengejutkan saat di posisi Melodi. Pasti ada beberapa pertanyaan yang gadis itu pendam sendiri. Tapi melihat Melodi tidak bersuara saat mengetahui faktanya, sepertinya dia akan menerima itu.

Jika di pikir lagi, sesuatu yang tak pernah terjadi apakah bisa membuahkan hasil? Seperti Zaidan, anak itu adalah darah daging Mirza sedangkan sang ayah mengatakan bahwa dia tidak pernah melakukan pernikahan dengan siapapun.

Melodi tidak bisa berpikir dengan jernih, pertanyaan itu kian membesar dibenaknya. Jika tidak mendapatkan jawaban dan tetap melangsungkan pernikahan itu, apakah dia tetap bahagia? Melodi tidak mau keputusannya membuat siapapun terluka.

Sebisa mungkin dia akan menerima kalau memang benar Mirza melakukan sesuatu yang salah di masa lalu. Mungkin tidak ada salahnya untuk mendapat jawaban itu dari orangnya langsungkan?

"Kak Zira!" Setelah beberapa saat memikirkan itu, Melodi memberanikan diri menatap Zira.

"Apakah ... Mirza pernah menikah denganmu?"

Deg!

°°°°°

Ada banyak kesulitan yang di hadapi ketika sesuatu tak berjalan dengan pikiran. Hidup bukan tentang mencari kepuasan dan kebahagian, melainkan bagaimana diri ini menembus berbagai masalah yang melanda.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang