Chapter 20

153 5 0
                                    

Assalamualaikum!

Assalamualaikum!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Selamat membaca ....

°°°°°

"Kamu lucu banget, sih!"

Kedua tangan Melodi tak henti-hentinya mencubit pipi Zaidan dengan gemas. Dan karena ulahnya itu, pipi Zaidan sedikit melembur kebawah.

"Tante, sakit ...." Tampak Zaidan merengek dan mengelus pipinya dan hal itu semakin membuat Melodi gemas.

Ganteng, imut, dan lucu adalah hal yang tidak bisa Melodi diami. Siapapun itu, ia akan terus mendekatinya, seperti Zaidan sekarang. Duduk berjongkok di bawah, gadis itu belum mau mengalihkan perhatiannya pada Zaidan.

Entah kenapa, wajah Zaidan ini seperti memberikan pandangan bagaimana Mirza waktu kecil. Merasa sudah cukup bermain tanah, Melodi mengambil kedua tangan Zaidan. Banyak pasir yang menempel di telapak tangannya, bahkan kukunya sangat kotor sekarang.

"Cuci tangan, yuk!" ajaknya.

"Gak mau. Zai masih mau main," balas bocah itu.

Melodi kembali menarik tangan Zaidan. Memperlihatkan tangan kotor itu pada sang pemilik.

"Kukunya banyak kotoran. Kalau gak di bersihin, nanti ada hantu masuk ke dalam kuku, Zai."

Zaidan langsung menatap tangannya. Ia melihat kukunya yang menghitam bagian ujung karena dipenuhi tanah liat. Selepas itu, dia mendongak untuk menatap Melodi kembali.

"Hantu bisa masuk ke dalam kuku?" Melodi mengangguk. Zaidan mengembangkan senyumnya. "Wah, hantunya hebat! Aku mau lihat hantu, tante!"

Melodi salah kaprah. Dia mengira Zaidan akan langsung menuruti ucapannya agar mencuci tangan. Namun, bocah itu tampaknya tidak takut.

"Hantu itu seram loh. Kamu gak takut dimakan?" Melodi sengaja membuat Zaidan takut agar mau mencuci tangannya.

"Nanti kalau dimakan hantu, Zai bisa hilang!" sambung Melodi lagi.

"Gak bisa ketemu, Umma?"

Tampaknya Melodi berhasil menakuti Zaidan. Bocah itu terlihat panik. "Ayo, tante. Zai mau cuci tangan!" ucapnya.

Melodi tersenyum menang. Kali ini Zaidan lah yang menariknya untuk pergi mencuci tangan. Beberapa detik kemudian, keduanya kembali ke tempat semula. Tapi posisi mereka sudah berada di atas gazebo paling ujung.

Di waktu siang begini, para santri lebih menikmati tidur siangnya. Ada juga yang meluangkan membaca Alquran, menghafal dan lain sebagainya. Tapi, Melodi memilih untuk bersama Zaidan karena memang dia sangat menyukai anak kecil. Apalagi ganteng begini.

Alat gambar yang sudah Melodi siapkan dari tadi memang tujuannya untuk menghentikan Zaidan bermain kotor. Tertata rapi di hadapan mereka, Melodi memberikan pensil pada Zaidan.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang