Chapter 16

120 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Maaf jika ada kata dan kalimat yang kurang tepat.
Selamat membaca....

°°°°°°

Dua bulan kemudian...

"RAINI!!!"

Berlari kejar-kejaran dengan Raini membuat napas Melodi tersengal-sengal. Diary hariannya telah di pegang oleh gadis itu, makanya Melodi mengejar untuk mengambil benda tersebut. Di dalam Diary itu ada beberapa hal yang tak boleh orang ketahui kecuali dirinya.

Namun sekarang, rahasianya terancam di lihat oleh Raini. Berlari mengitari tengah asrama, banyak santriwati melihat tindakan mereka. Tak peduli apa yang mereka ucapkan, Melodi harus mendapat bukunya kembali.

"Raini, balikin bukuku!" seru Melodi. Jarak mereka sekitar lima meter.

"Gak bisa! Kamu sudah berjanji untuk memperlihatkan sesuatu padaku."

"Iya, tapi balikin dulu."

Melodi menghela napas. Melangkah pelan untuk mendekati tak ada gunanya. Raini akan bergerak sedikit jika dia mendekat.

"Raini, balikin, gak?! Kamu tau, kan, membaca privasi orang itu melanggar?" Saat Melodi mengatakan itu, Raini diam tak bergerak. Sedangkan Melodi sudah berjalan pelan ke arahnya.

Tanpa Melodi ketahui, Raini tersenyum miring. Buku Diary itu langsung dia buka.

"My Habibi Mirza?"

Sontak saja Melodi langsung merampas bukunya sebelum Riani benar-benar membuka halaman selanjutnya. Pada halaman awal memang tertulis seperti yang Raini katakan tadi, Melodi jadi merutuki dirinya sendiri karena bodoh harus menambahkan judul itu dengan besar.

Siapapun yang membaca halaman pertama Diarynya akan berpikir bahwa semua cerita di dalam sana adalah tentang pria itu.

"Kamu benar-benar suka sama, Mirza, ya?" tanya Raini dengan nada menggoda.

"Jangan sok, tau!"

Raini terkekeh pelan. Bahkan melihat ekspresi Melodi saat ini sudah membuktikan bahwa gadis itu menyukai Mirza. Walau tanpa di tanya, siapapun juga tau bahwa Melodi menyukai Mirza.

Hanya orang yang gak normal jika tidak menyukai pria setampan dan se alim Mirza. Tapi Melodi harus ingat, perjodohan Liani dan Mirza belum bisa di gagalkan siapapun. Baik itu dari kedua belah pihak sendiri.

Melodi menatap Diarynya lalu menghela napasnya pelan. "Aku gak sadar bahwa aku terlalu menyukainya." Raini mendekat, memperhatikan lekat raut wajah Melodi yang terlihat sedih.

"Dulu aku pernah pacaran, tapi perasaanku gak sedalam ini," lanjut Melodi lagi.

Raini jadi ikut termenung. Sebagai sahabat dekat yang selalu mendengar curhatan dan keluh kesah Melodi, dia tau bahwa gadis itu hanya bisa menyukai secara pihak. Entahlah, akan rumit jika terlibat dengan perasaan seperti ini.

"Kamu menyukai Mirza. Tapi kamu gak lupa, kan, kalau dia sudah di jodohkan dengan Liani?" tutur Raini.

Tak di sangka bahwa itu adalah fakta menyakitkan bagi Melodi.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang