Chapter 15

138 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim!

Sebelum membaca, jangan lupa follow akun ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum membaca, jangan lupa follow akun ini!

°°°°°°

Hampir seharian mengendarai motornya seorang diri, Melodi memutuskan untuk berhenti sejenak. Pinggir laut yang dipenuhi para pedagang sangat cocok tempatnya untuk ia beristirahat. Siapapun yang merasakan teriknya matahari di atas sana aka kehausan, termasuk Melodi sendiri.

Pemandangan pasir putih dengan ombak laut yang ingin bersatu menjadi pusat perhatian Melodi. Di barengi cemilan dan minuman dingin, Melodi menghembuskan napasnya pasrah. Ingatannya tentang Rian belum juga hilang.

"Move on, Mel. Move on!"

Lama bergelut dengan pikirannya yang terus meronta-ronta untuk mengingat Rian, Melodi memutuskan untuk pulang saja. Dia lelah. Tapi, dalam konteks tersebut, pikriannya yang lelah, bukan tubuhnya.

Hendak melajukan motornya untuk pergi, suara Adzan berkumandang jelas. Masjid mega yang besar dekat laut itu menjadi pusat pandangnya lagi. Sebelum berangkat pulang, alangkah baiknya ia menunaikan salat terlebih dahulu. Takut terjadi apa-apa ditengah jalan jika Melodi mengabaikan kewajibannya ini.

"Tante, tante ...."

Baru saja kendaraannya terparkir rapih, Melodi dikejutkan dengan bocah kecil berjenis kelamin laki-laki. Menarik ujung kudungnya membuat Melodi berjongkok menyamai bocah itu.

"Aku mau beli balon itu ...." Melodi mengikuti arah tunjuk bocah laki-laki itu. "Tapi ummah gak mau belikan," ucapnya lagi.

Wajah sedih yang mendominan serta mulut yang manyung kedepan, Melodi jadi iba. Di raihnya tangan bocah itu untuk berjalan ke arah penjual balon yang ditunjuk tadi.

"Mau balon warna apa, dek?" tanya Melodi.

Dapat dia lihat betawa bahagianya raut wajah bocah itu ketika keinginannya di kabulkan.

"Warna merah, Tante," ucap bocah itu.

Diberikan dua balon berwarna merah setelah Melodi membayarnya. Lagi-lagi senyum bahagia itu dapat ia lihat.

"Ganteng banget, sih, kamu," guman Melodi sambil mencubit dan mencium pipi bocah itu.

Jika tidak dibawah umur mungkin Melodi akan tertarik dengan bocah itu. Lihatlah, rupanya yang sangat tampan dan sederhana ini membuatnya teringat dengan seseorang.

"Siapa namamu?" tanya Melodi.

"ZAIDAN!"

Belum sempat mengetahui nama bocah itu, tiba-tiba seseorang berteriak dan berlari kearahnya. Wanita yang terlihat seumuran dengannya datang memeluk bocah itu.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang