Chapter 11

121 8 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim!

Ayo, FOLLOW! FOLLOW! FOLLOW!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo, FOLLOW! FOLLOW! FOLLOW!

SELAMAT MEMBACA ....

°°°°°°

Hawa dingin menusuk sekujur tubuh seorang gadis yang sedang terbaring diatas kasur. Didalam selimut yang tebal ada tangan dan kaki Melodi bergetar hebat. Gadis itu menggigill tapi suhu tubuhnya sangat panas.

Lipatan kain yang terendam air dingin Liani letakkan di dahi Melodi. Pihak pesantren sudah menghubungi kedua orang tuanya, tetapi tidak ada jawaban dari mereka. Dalam kondisi seperti ini, Melodi harus segera dibawa ke rumah sakit jika suhu tubuhnya masih panas dalam dua jam ke depan.

"Suhu tubuhnya tidak turun juga, Ustadzah. Bagaimana ini?" Tampak raut cemas yang Liani keluarkan.

Semalaman dia begadang menjaga Melodi yang sedang demam. Walau ada sedikit rasa kantuk melanda, Liani tetap setia menemani gadis itu.

Nafisha menempelkan telapak tangannya ke dahi Melodi. Wajahnya ikut cemas merasakan panas itu. Tidak boleh menunggu waktu lagi, Melodi harus segera ditangani Dokter.

"Aku minta tolong sama mas Raihan dulu. Kamu siapin saja keperluan Melodi, kita akan membawanya ke rumah sakit!" titah Nafisha.

Sejak tadi Nafisha berusaha menelpon keluarga Melodi. Hingga saat ini tidak ada tanda-tanda mereka mengangkat telponnya atau membaca pesan Nafisha.

Nafisha beranjak pergi. Langkahnya yang hendak pulang ke rumahnya terhenti saat Raihan mulai masuk ke asrama Santriwati.

"Pelan-pelan sayang, gak usah lari. Ada apa, hm?" Tangan Raihan langsung memegang perut istrinya karena tindakan Nafisha yang berlari padanya.

"Badan Melodi panas banget, Mas. Aku mau bawa ke rumah sakit, takut demamnya semakin tinggi."

Raihan tampak berpikir. "Kamu sudah hubungi orang tuanya?" tanyanya.

"Sudah. Tapi gak ada jawaban," ucap Nafisha.

"Baiklah, kamu tunggu sebentar. Aku panggil Raden dulu," ungkap Raihan kemudian bergegas pergi.

Melihat Raihan yang berjalan cepat masuk ke dalam asrama santri putra, Mirza langsung menghadangnya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kebetulan. Kamu aja, deh, yang bawa mobil. Melodi demam tinggi, kita harus membawanya ke rumah sakit," ungkap Raihan.

"Baiklah. Aku siapkan mobil dulu."

Beberapa saat kemudian ....

Mobil putih yang Mirza kendarai sudah terparkir di depan pesantren. Melodi berjalan lemah dibantu oleh Nafisha dan Liani sontak membuat Mirza turun dari mobil dan membuka pintu bagian belakang.

Terlihat wajah pucat Melodi mendatangkan lirikan dari Mirza yang sudah duduk di depan kemudi. Dengan menggenggam kuat stir mobil, pria itu langsung menancap gas.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang