Chapter 12

110 6 0
                                    

Bismillah, Assalamualaikum!

Follow!

Follow!

Follow!!

Selamat membaca....

°°°°°°

Lipatan baju yang rapi itu King masukkan kedalam ransel hitamnya. Al-Qur'an, buku serta peralatan lainnya pun turut ia masukkan. Hari ini King akan berangkat keluar kota untuk menjalani pemeriksaan lanjutan terhadap penyakitnya.

Mengalami masalah paru-paru memang hal wajar bagi perokok keras seperti King. Dulu dia pernah menghabiskan beberapa bungkus rokok dalam sehari. Makanya jangan ditanyakan lagi, kenapa penyakit tersebut kambuh sekarang.

King membuka laci kecil di sampingnya, mengambil selembar kertas dan memandanginya.

"Aku bisa sembuh, gak, ya?" lirihnya pelan.

Dada King sedikit sesak. Ketegangan saat ini menyelimutinya. Sendiri menyiapkan barang-barang nya, pria itu segera bergegas menyelesaikan kegiatan. Sekitar sepuluh menit lagi, Mirza akan mengantarnya sampai stasiun.

"King ... " Pria itu menoleh, membiarkan tiga temannya datang menghampiri.

"Sudah siap?" tanya Mirza.

"Sudah." Tampaknya King tidak semangat kali ini.

Bisakah dia sembuh saja tanpa pengobatan? King tidak mau meninggalkan teman-temannya, Pesantren ini dan ... Liani.  Mengingat nama gadis itu, King kembali membuka lemarinya. Dibawah baju yang terlipat dan tersusun rapi, ada satu surat dia keluarkan.

Apakah ini pantas dia lakukan? Haruskah mengatakan perasaannya pada seorang gadis yang akan dojodohkan dengan Mirza? Lama King berpikir ditempatnya, pria itu kembali memasukkan surat cintanya kedalam lemari.

Kepergian Mirza, Jalil dan Raden rupanya tak diketahui oleh King. Ransel hitamnya ia ambil dan pakai kemudian beranjak keluar.

"King!" Panggilan dari Raihan menghentikan langkahnya. "Maaf, aku tidak bisa ikut mengantarmu," ucap Raihan.

"Tidak masalah. Lagi pula ada mereka bertiga," jawabnya sembari menunjuk kearah Mirza, Jalil dan Raden yang berdiri di samping mobil.

"Kamu harus semangat. Jangan biarkan penyakit itu mengalahkanmu. Berdoa, berzikir, dan terus meminta pertolongan pada Allah. Di sini, kami juga akan mendoakan yang terbaik untukmu."

Rasa haru itu tiba-tiba muncul setelah Raihan menyemangatinya. Entah darimana datangnya keberanian itu membuat ia memeluk tubuh Raihan seperti seorang kakak.

"Cepat sembuh dan kembali ke pesantren," ujar Raihan.

Percakapan dan pelukan hangat seperti kekuarga itu akhirnya berakhit. King menatap seluruh penjuru asramanya. Langkahnya mendatangi mobil yang sudah siap mengantarnya.

Sebelum benar-benar naik ke atas mobil, King menyempatkan melihat kedalam asrama putri. Sosok gadis yang sangat ingin dia lihat tak tertangkap oleh matanya. Mungkin ini bukan keberuntungannya.

"Pelan-pelan, Mel. Nanti kakimu kesandung lagi," ucap Liani.

Gadis berjilbab maron dengan abaya hitam berdiri setelah memungut beberapa buku yang Melodi jatuhkan. Tak sengaja melihat mobil Mirza didepan asrama, Liani menatap seorang pria dari jendela mobil yang sedikit terbuka.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang