Chapter 10

157 7 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim!

Maaf jika ada kata atau kalimat yang salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf jika ada kata atau kalimat yang salah.

Selamat membaca...

°°°°°

"Astaghfirullah ...."

Kejadian kemarin sungguh membuat Raihan sangat marah pada Mirza.

"Kamu sangat ceroboh! Kamu belum bisa melupakan gadis itu?" Bukan salah Raihan jika memerahi adiknya ini didepan ketiga teman Mirza kan?

Di sangkut pautkan nya gadis bernama Zira dalam kehidupan Mirza saat ini memang ancaman. Kronologis kejadian yang tidak bisa dijelaskan mengapa Zira mengasingkan dari Mirza membuat pria itu sedih dan kecewa.

Tidak bisa Mirza pungkiri, kebersamaan dengan Zira di masa lalu hanya akan menjadi kenangan. Sungguh, dia merindukan kehadiran Zira seperti tujuh tahun yang lalu.

"Za, tolong lupain Zira ..." Bahkan King yang sempat tidak ingin ikut campur dalam percintaan Mirza kini mengeluarkam pendapat.

"Tolong sadar bahwa gadis itu hanya menghambat kebahagiaanmu!" lanjut King lagi.

Mirza menggeleng. Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa dia mendapat kebahagiaan sedangkan kebahagiaannya ada pada Zira.

Ekspresi yang menolak dari Mirza tentu saja mendapat sorotan tajam pada Raihan. Berdiri didekat jendela, pria itu mengusap wajahnya kasar. Tidak habis pikir, kenapa sampai saat ini Mirza masih mempertahankan gadis bernama Zira itu?

"Aku hanya akan bahagia jika bersama Zira," ungkap Mirza.

"Sampai kapan? Sampai kapan kamu mau menunggunya?"

"Sampai dia sendiri datang kepadaku!"

"Itu tidak akan terjadi! ZIRA TIDAK AKAN PERNAH KEMBALI KE PESANTREN INI DAN KEMBALI PADAMU!!"

Akhirnya Raihan mengeluarkan apa yang seharusnya Mirza ketahui. Emosi itu membuatnya tidak bisa menerima keras kepala Mirza. Dari dulu Raihan selalu ingin berkata demikian, tetapi dia masih menghormati adiknya serta menyayanginya.

Namun, jika harus menjaga perasaan Mirza lantas kapan pria itu mendapatkan kebahagiaan? Raihan juga ingin melihat adiknya bahagia.

Tidak ada air mata yang tergenang ataupun raut wajah kesedihan Mirza. Pria itu tidak menampilkan ekspresi apapun. Melihat ketiga temannya yang seperti setuju dengan ucapan Raihan adalah kekecewaan amat berat yang ia rasakan saat ini.

Tidak dipungkiri, kenyataan pahit itu pasti akan datang. Tapi Mirza belum mau menerimanya. Zira sudah berjanji padanya untuk kembali jika waktunya sudah tepat. Jadi, Mirza tidak salah, kan, apabila menunggu gadis itu menepati janjinya?

"Kesempatan terakhirmu sudah habis. Aku akan menjodohkan mu dengan gadis lain sesuai permintaan terakhir, Abi." Raihan berucap yang membuat Mirza menatap tajam.

Langit Pesantren  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang