“No, Nino, Nino, tutor Lo udah nunggu di depan gerbang sekolah.” Ohm yang baru saja datang dari toilet berjalan cepat kearah bangku Nino.
“Lo tahu darimana?” Nino bertanya karena memang sekarang belum waktunya pulang sekolah, masih ada lima belas menit lagi.
“Anak 10A ngasih tau gue, katanya ada Phi Dew di depan gerbang nyariin Lo.” jelas Ohm.
“Bajing-han emang tuh orang, udah gue bilang kagak mau les sama dia kenapa dia nekat kesini.” gerutu Nino, “Benar-benar harus gue kasih pelajaran, emosi gue.”
Nino segera beranjak dari bangkunya dan keluar kelas untuk nyamperin orang yang bernama Dewa, terlihat jika Nino sangat emosi saat ini.
“Heh, Heh, mau apa Lo? Tungguin gue.” Iwin berusaha menghentikan Nino yang berjalan meninggalkan kelas. “Ayo kejar dia, jangan sampai dia berulah, bisa habis anak orang nanti.” ucap Iwin sambil berlari.
“Ayo, ayo.” Gupi segera bergegas berlari mengejar Iwin.
“Bangsat, tungguin gue.” omel Ohm yang ditinggal begitu saja oleh Iwin dan Gupi.
Nino yang sudah tidak bisa lagi mengendalikan emosinya menghampiri Dewa yang berada didalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari gerbang sekolah.
Tok tok tok!!
Nino mengetuk kaca mobil depan, “Lo apa-apaan, gue udah bilang kalau gue nggak mau les sama Lo, kenapa Lo jadi maksa gue?” kesal Nino sesaat setelah kaca mobil terbuka.
Dewa dengan santai membuka pintu mobilnya, lalu dia keluar dan menutup kembali pintu mobilnya.“Udah waktunya pulang belum?” Dewa balik bertanya.
“Ish, Lo paham bahasa manusia kagak sih? Gue E.N.G.G.A.K M.A.U L.E.S S.A.M.A L.O jadi jangan maksa gue.” Nino menekankan setiap kata yang ia ucapkan.
“Itu urusan Lo bocah, gue cuman menuhin tanggung jawab gue sebagai tutor Lo.” Dewa menunjuk kening Nino memakai jari telunjuk.
Dipanggil bocah dan ditunjuk-tunjuk seperti itu membuat Nino tersulut emosi. Ia dengan cepat menarik kerah baju Dewa, “Gue peringatin Lo ya, jangan macam-macam sama gue atau muka ganteng Lo ini hancur ditangan gue.” wajah Nino memerah penuh dengan luapan emosi, hingga tangannya terayun keatas siap untuk menonjok wajah Dewa.
“Woy, woy, woy, sabar brother jangan buat onar di area sekolah.” Ohm segera menarik tubuh Nino supaya melepaskan cengkeramannya, dibantu Iwin dan Gupi.
Untung saja ketiga sahabatnya datang, kalau tidak entah apa yang akan terjadi pada Dewa.
Tapi kenapa Dewa terlihat sangat santai? Tidak ada pancaran rasa takut sama sekali, padahal bisa saja kan Nino lepas kendali dan menghajarnya.
“Lepasin gue! Gue mau kasih pelajaran sama tuh orang.” Nino memberontak berusaha melepaskan diri dari ketiga sahabatnya.
Sedangkan Dewa membenarkan kembali kerah bajunya dengan tenang tidak merasa terancam sama sekali dengan perbuatan Nino. Lalu dia melipat kedua tangannya didepan dada sambil tersenyum kearah Nino yang masih emosi.
“Apaan sih Lo, semua bisa diomongin baik-baik. Perkara les doang Lo mau numbuk anak orang, gila lo.” Gupi terlihat kesal dengan sikap Nino yang menurutnya berlebihan.
“Doang? Lo bilang les doang?” Nino menatap tajam kearah Gupi.
“Jadi apa? Lo kenapa jadi se-emosi ini sih? Kan bisa dibicarain baik-baik.” Iwin menimpali.
“Ck, dia yang kagak bisa diajak bicara baik-baik.” kesal Nino dengan menunjuk kearah Dewa memakai dagunya. Jangan lupakan sorot mata tajam Nino yang seperti siap menelan Dewa hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...