11 ❣️

1.5K 81 1
                                    

“Lupakan, ayo kita lanjut minum birnya sampai habis.” ucap Dewa sesaat setelah tidak adanya respon dari Nino yang masih diam terpaku ditempatnya, ia kemudian meraih kaleng bir diatas meja.

Dewa bisa melihat bagaimana Nino terlihat shock setelah dirinya mengucapkan hal itu. Dewa tersenyum miring lalu ia membuka kaleng bir ditangannya dan mulai meminumnya perlahan.

‘Harga diri gue bangsat, masa demi Ducati gue harus sampai sejauh ini?’

‘Peduli setan dengan harga diri, udah kepalang tanggung ini, masa iya gue tiba-tiba mundur disaat gue udah nembak dia? Bisa-bisa phi Dew curiga sama pernyataan gue.’

‘Tapi gimana caranya bangsat? Gue belum pengalaman soal beginian cok.’ tidak henti-hentinya Nino merutuki kebodohannya sendiri.

Kini dia bingung apakah harus tetap dengan rencananya, atau dia mundur sekarang juga? Dan kalau pun dia mundur sekarang dia yakin kalau Dewa pasti langsung meragukan pernyataan cintanya.

Setelah diam dan bergelud dengan hati dan pikirannya kini Nino beranjak dari tempat duduknya dan berdiri tepat didepan Dewa.

“G-gue mau phi.” Nino yang sedikit ragu berucap untuk menjawab perkataan Dewa.

Dewa mendongak melihat wajah Nino yang masih penuh keraguan, “Mau apa?” tanya Dewa dengan nada datar tanpa ekspresi.

“Gue mau tidur sama Lo phi.” jawab Nino mantap, dengan matanya menatap dalam sorot mata elang Dewa.

‘Bajing-han, bangsat, mulut gue Cok kenapa bisa bilang kata-kata menjijikkan seperti itu, dasar mulut laknat kagak punya etika.’ entah untuk ke berapa kalinya Nino mengumpat dalam hati merutuki kebodohannya sendiri.

Mulut dan tubuhnya seakan mengkhianati kata hatinya. Kenapa dia tidak bisa menolak apa yang diminta Dewa? Apakah laki-laki itu mempunyai pelet khusus? Sehingga Nino tidak bisa berkutik sama sekali.

Dewa yang sedang meminum minumannya tiba-tiba menghentikan tangannya, ia tidak menyangka jika Nino akan mengabulkan permintaan tidak masuk akalnya.

Padahal Dewa hanya menggertak saja tidak bermaksud serius akan perkataannya. Kini bagaikan senjata makan tuan, jantung Dewa berdegup kencang tidak karuan. Bahkan ia tidak tahu harus merespon bagaimana, mendadak urat syarafnya tidak bekerja dengan benar kali ini.

Raut wajah Nino terlihat menggemaskan dimata Dewa. “Tunjukkan ke gue kalau Lo emang seniat itu ingin mengajak gue kencan.” Dewa semakin gencar menggoda Nino dengan caranya.

Nino membuka kedua kakinya lebar-lebar, lalu dia duduk diatas pangkuan Dewa. Walaupun Dewa sangat gugup namun dia masih bisa bersikap senormal mungkin. Dia sangat pandai menutupi ekspresi wajahnya sehingga tidak mudah dibaca oleh lawan bicara.

‘Demi Ducati keperjakaan gue jadi taruhannya, bajingan si Ohm. Gue kagak nyangka akan sejauh ini.’ batin Nino

Dewa mengulum senyum, lalu ia kembali meneguk bir yang masih berada ditangannya hingga habis dan membuang kalengnya kelantai. Kini kedua tangannya berada di pinggang Nino menyangga agar Nino tidak jatuh kebelakang.

Nino mengalungkan tangannya di leher Dewa, perlahan Nino mendekatkan wajahnya menatap bibir Dewa yang akan menjadi sasaran utama sentuhannya.

“Gue akan tidur dengan Lo, tapi gue yang diatas,” ucap Nino tiba-tiba saat wajahnya sudah sangat dekat dengan Dewa, dan dapat Dewa rasakan hembusan napas Nino menyapu hangat di wajahnya.

“Lakukan apapun yang Lo mau, asal Lo bisa puasin gue.” bisik Dewa tepat ditelinga Nino.

Perasaan lega menyelimuti hati Nino, setidaknya Dewa sudah menyetujui kalau dirinyalah yang akan menjadi Top-nya. Dengan begitu ia tidak akan merasakan sakitnya di tusuk benda tumpul milik Dewa.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang