“Ayo masuk, phi.” ajak Nino setelah membuka pintu sebuah villa yang terletak jauh dari pusat kota. Untuk menuju kesana saja butuh waktu 3 sampai 4 jam perjalanan.
Sebelumnya sudah ada sepasang suami-istri yang menyambut kedatangan mereka, setelah menyerahkan kunci villa pada Nino sepasang suami-istri itu pun pulang dan hanya tinggal Nino dan Dewa yang ada disana.
“Hem,” Dewa hanya berdehem lalu mengikuti langkah kaki Nino masuk kedalam villa.
“Phi tunggu sebentar disini.” Nino lalu meninggalkan Dewa diruang tamu. Sedangkan Dewa melihat sekeliling sambil melepaskan tas ranselnya serta jaket yang ia kenakan.
Ia meletakkan jaket dan tasnya diatas sofa yang tidak jauh dari tempatnya duduk, ia masih memperhatikan setiap sudut villa.
“Tidak banyak yang berubah, masih sama seperti dulu.” gumam Dewa.
Sebelumnya Dewa memang pernah datang ke villa ini, waktu dulu ada acara keluarga. Ya sebelum Papa dan Mamanya bercerai dan masing-masing memiliki keluarga baru.
Mungkin Nino tidak ingat kalau mereka sebelumnya pernah bertemu, karena kedekatan keluarga itulah membuat Dewa setuju menjadi tutor Nino hingga dia selesai ujian masuk ke universitas.
“Siapa yang ulang tahun?” Dewa mengerutkan keningnya saat melihat Nino datang membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin yang sudah menyala.
“Sebenarnya hari ini gue ulang tahun phi.” Nino hanya cengengesan mendapat pertanyaan seperti itu dari Dewa.
“Hah? Lo ulang tahun? Kok Lo nggak bilang ke gue.” Dewa sedikit terkejut mengetahui fakta itu.
“Lo kan nggak nanya sih phi, kenapa gue harus bilang.” jawab Nino lalu dia duduk di karpet dan meletakkan kuenya diatas meja ruang tamu.
Dewa pun ikut duduk di bawah, “Ya setidaknya gue bisa prepare buat kasih Lo kado.” ucap Dewa.
“Kado gue udah ada disini.” jawab Nino ambigu.
“Maksud Lo?” dewa benar-benar bingung akan apa yang di maksudkan oleh Nino.
Sedangkan yang dimaksudkan oleh Nino tentu saja kadonya itu ya si Dewa sendiri, dengan dia bisa menaklukkan hati Dewa maka dia bisa mendapatkan Ducati dari Ohm. Dan itu sebuah hadiah yang paling dia tunggu-tunggu.
“Bentar phi, gue ambil bir dulu di kulkas.” Nino beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kearah dapur untuk mengambil bir.
“Sepertinya dia udah nyiapin ini jauh-jauh hari.” Dewa merasa semua sudah terencana sebelum kedatangan mereka.
“Taaaddddaaaa,” Nino terlihat membawa sekardus bir mendekat ke ruang tamu.
“Harus sebanyak ini?”
“Haruslah phi, gue ajak Lo kemari emang buat habisin semua bir ini.” Nino meletakkan kardus bir diatas meja.
“Ck, kalau cuman ngajakin minum bir, kagak perlu kemari juga. Di cafe yang biasa gue datangin juga banyak bir seperti ini.” jawab Dewa.
“Bedalah phi, kalau di cafe kita tidak bisa menghabiskan waktu berdua.” jawab Nino.
Dewa mengerutkan keningnya, ia bukanlah orang bodoh yang tidak peka akan situasi. Ia sadar jika Nino sedang flirting terhadapnya untuk kesekian kalinya. Namun Dewa berusaha bersikap biasa saja, ia hanya ingin memastikan sesuatu tentang Nino.
“Ok, ok, sekarang buruan tiup lilinnya keburu habis.” ucap Dewa.
Nino hanya terkekeh lalu dia membuat sebuah permohonan, setelahnya Nino meniup lilin tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tutor, I'm In Love (DewNani)
Teen FictionWARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Thanks. Sebelum baca alangkah baiknya follow authornya terlebih dahulu, biar sama...