Bab 35

859 62 10
                                    

Dewa yang baru saja sampai di apartemen, ia melepas jaketnya dan meletakkan diatas sofa ruang tamu. Lalu tak lama Dewa melemparkan tubuhnya ke sofa dan bersandar pada sandaran sofa.

Kedua tangannya ia rentangkan di sandaran sofa dan kepalanya mendongak melihat keatas kearah langit-langit ruangan yang berwarna putih bersih dengan hiasan lampu yang menyala.

“Kenapa harus Nino? Kenapa harus dia yang Mama jodohkan dengan Kao. Kenapa ma? Kenapa?” gumamnya dengan tatapan mata kosong melihat keatas. Pikirannya kacau semenjak mengetahui jika adiknya akan dijodohkan dengan Nino.

Entah kenapa Dewa merasa kali ini dia tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun adiknya pernah bilang jika tidak mau di jodohkan dengan pilihan Mamanya, namun ia juga tidak bisa mencegah kemauan Mamanya.

“Bagaimana aku mengatakan pada Mama kalau yang akan dia jodohkan dengan Kao itu adalah kekasihku. Bagaimana caranya? Aaarrgghhh...” Dewa terlihat frustasi.

“Kalau aku bilang jika Nino itu kekasihku, aku takut kejadian yang dulu akan terulang lagi. Aku takut mama akan melakukan hal-hal buruk pada Nino.”

“Mama pasti akan berusaha memisahkan aku dan Nino dengan segala cara jika ia tahu hubunganku dan Nino saat ini.” gumam Dewa, lalu ia memejamkan matanya dengan sebelah tangan memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut pusing karena masalah ini.

Dewa hanya shock dan tidak menyangka jika orang yang dijodohkan dengan Kao adalah Nino, pemuda yang mengisi relung hatinya. “Aku akan bicara dengan Papa, hanya dia satu-satunya yang bisa membuat Mama membatalkan perjodohan itu.”

Dewa teringat dulu saat dia masih duduk di bangku SMA, dia mempunyai kekasih yang berjenis kelamin sama dengannya. Karena hal itu Mamanya menolak keras hubungan asmara tersebut, bahkan Mamanya menggunakan berbagai cara untuk memisahkan Dewa dan kekasihnya.

Walaupun saat itu Dewa tinggal bersama dengan Papanya, tapi Mamanya selalu saja ikut campur masalah pribadi Dewa yang membuat Dewa merasa kesal dan muak.

Tekanan yang datang terus-menerus, membuat kekasih Dewa pergi meninggalkannya begitu saja tanpa pamit. Awalnya Dewa mengira jika kepergian kekasihnya itu akibat pindah ke luar kota mengikuti orangtuanya, namun lama kelamaan Dewa mengetahui sebuah fakta jika ternyata semua itu adalah ulah mamanya.

Dari sinilah Dewa sangat kecewa dengan Mamanya, dan perang dingin antara dia dan Mamanya berlangsung sampai Dewa memasuki bangku kuliah hingga sekarang.

Awalnya papanya tidak setuju Dewa tinggal di apartemen sendirian, namun dengan alasan supaya dekat dengan kampus akhirnya Mile menyetujui asal Dewa pulang di akhir pekan mengunjunginya.

Mungkin karena lelah Dewa tertidur di sofa dengan posisi masih duduk, ia tidak menyadari kedatangan seseorang yang sejak tadi menggangu pikirannya. Seorang pemuda yang tidak lain adalah Nino.

Tanpa aba-aba Nino langsung duduk di pangkuan Dewa yang masih terpejam, sesekali Nino mencium bibir Dewa dengan ciuman seringan bulu. Entah kenapa Dewa tidak merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Nino, ia masih saja memejamkan matanya.

“Nyenyak sekali tidurmu phi.” gumam Nino.

Tak habis akal kini tangan Nino mulai bekerja tanpa di komando, jari jemarinya mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang di kenakan Dewa. Lalu Nino dengan gerakan sensual membelai rahang, tulang selangka dan kini telah berada tepat di dada Dewa mengusapnya pelan dengan pola abstrak.

Dewa yang merasakan ada gerakan di tubuhnya, ia perlahan mulai membuka matanya. “Nino?” suaranya serak khas orang bangun tidur.

Melihat Nino duduk dipangkuannya kini tangan Dewa beralih kearah bokong Nino, menyangga agar pemuda itu tidak jatuh ke bawah. “Sedang apa kamu disini? Bukankah tadi Papa kamu meminta untuk mengantarkan Kao pulang.”

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang