Bab 16

612 50 0
                                    

Serasa langit runtuh diatas kepala Nino, matanya tak berkedip menatap lelaki yang lebih tua berdiri tepat dihadapannya dengan ekspresi datar, dingin, seolah tak bisa disentuh.

Lelaki yang seminggu ini sudah resmi menjadi kekasihnya, lelaki yang kini sudah mengisi lubuk hatinya yang paling dalam. Nino tidak tahu lagi harus bagaimana, bibirnya terkatub diam dengan lidah seakan kelu.

Ketiga sahabatnya saling pandang dengan wajah panik, terutama Ohm yang ketakutan dengan sorot mata tajam nan dingin dari Dewa.

“I-ini tidak seperti apa yang phi pikirkan.” Nino mencoba meraih tangan Dewa.

Dewa menarik tangannya dari jangkauan Nino, “Selamat atas kelulusan Lo.” ucap Dewa mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Nino.

‘Lo?’ mendengar Dewa memakai kata 'Lo' membuat nyeri tak kasat mata di hati Nino.

“Phi, aku bisa jelaskan semuanya phi.” bukannya meraih jabatan tangan Dewa, kini Nino meraih pergelangan tangan Dewa dengan tatapan penuh permohonan.

Dari raut wajahnya saja Nino bisa mengerti jika lelaki yang lebih tua darinya itu sedang marah, Nino tidak akan membiarkan lelaki itu berpisah darinya apapun yang akan terjadi.

“Lo sudah dapatin apa yang Lo mau, lulus dengan nilai yang memuaskan. Jadi sebaiknya mulai sekarang Lo nggak perlu ngikutin les dari gue lagi.” sentak Dewa hingga tangan Nino terlepas.

“Phi aku mohon beri aku kesem__” belum sempat Nino menyelesaikan kalimatnya Dewa menarik kerah bajunya dengan tatapan tajam penuh emosi.

“Urusan kita udah usai, jadi jangan ganggu hidup gue lagi.” ucap Dewa dengan wajah merah penuh emosi, lalu dia menghempaskan Nino hingga pemuda itu jatuh ke tanah.

Tak ingin berlama-lama disana, Dewa berbalik badan dan berniat meninggalkan tempat itu.

Nino segera bangun untuk mengejar Dewa, ia menarik pergelangan tangan Dewa. “Aku akui awalnya ini semua karena taruhan, tapi aku benar-benar mencintai kamu phi. Aku mohon beri aku kesempatan untuk memulai semua dari awal lagi, memulai semuanya dengan benar. Phi aku tahu kalau sebenarnya kamu juga men__”

BUGG!!

Tanpa aba-aba Dewa langsung melayangkan bogem mentah ke pipi Nino sehingga pemuda itu tersungkur ke tanah, lalu Dewa mencengkram kerah baju Nino dengan kuat.

“Berhenti bicara omong kosong didepan gue, dan jangan lagi menampakkan wajah bajingan Lo di hadapan gue lagi.” Dewa menghempaskan Nino ke tanah lalu dia pergi begitu saja.

“Eh, ada apa ini? Dew, apa semua baik-baik saja?” Bryan yang baru saja sampai terkejut melihat pemandangan yang ada didepannya.

“Gue mau pulang, kalau kalian masih ingin disini silahkan saja. Gue udah muak.” jawab Dewa dengan wajah merah penuh emosi.

“Ok, ok, ayo kita kembali saja. Nan, ayo__” ucap Bryan yang tidak mau membuat Dewa semakin emosi, ia mengejar Dewa.

“Hah, i-iya ayo.” Nanda yang masih mencerna apa yang dilihatnya hanya nurut dan mengekor di belakang Bryan.

‘Ada apa ini? Bukankah kemarin mereka masih baik-baik saja?’ batin Nanda sambil melihat kearah Nino yang sedang dibantu ketiga sahabatnya untuk berdiri. Terlihat juga pipi Nino memar dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

“Damn it, Sial, gue nggak bisa begini. Gue harus cari cara untuk membuat phi Dew kembali ke sisi gue lagi.” Nino tidak akan menyerah begitu saja.

“Aarrrggggghh ...” teriak Nino melampiaskan segala perasaannya yang campur aduk tidak karuan.

My Tutor, I'm In Love (DewNani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang